Mohon tunggu...
Rin Muna
Rin Muna Mohon Tunggu... Penulis - Follow ig @rin.muna

Walrina Munangsir Penulis Juara Favorite Duta Baca Kaltim 2018 Pemuda Pelopor Kaltim 2019 Founder Taman Bacaan Bunga Kertas

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Banjir dan Si Tajir

8 Februari 2019   06:13 Diperbarui: 8 Februari 2019   08:38 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indu Baweh manggut-manggut. "Ya, Si Tajir sedang mencoba bermusuhan dengan alam. Ada saatnya alam akan membalas perbuatan Si Tajir dan orang-orang yang seperti dia. Dan Indu yakin ... ketika alam marah, bukan hanya Si Tajir dan antek-anteknya yang jadi korban. Tapi, kita juga yang ada di sekitarnya karena tidak bisa mencegah perbuatan mereka melukai alam." Gigi-gigi Indu Baweh terdengar berkerut menahan emosi.

"Indu ... sabar. Kita hanya perlu berdoa. Semoga mereka disadarkan dan bisa mencintai alam dengan baik."

"Narai ... mereka tidak akan pernah sadar selama uang adalah nomor satu dalam hidup mereka. Bahkan mereka memuja uang melebihi Tuhan."

Narai mulai pusing melihat Indu Baweh yang selalu sibuk mengurusi setiap perubahan yang terjadi di sekitarnya.

"Indu ... sudah tengok si Elok?" Narai mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa si Elok?" Indu Baweh balik bertanya.

"Dia sakit."

"Sejak kapan? Tak ada yang beritahu Indu. Nanti, antar Indu tengok si Elok!" pinta Indu Baweh.

Narai menganggukkan kepalanya. Tak lama, Ara datang membawakan secangkir kopi bersama dengan Etak. Mereka akhirnya terlibat dalam obrolan seru. Indu Baweh selalu mengaitkan dengan keadaan alam setiap kali Narai bertanya pada Ara dan Etak mengenai sekolah mereka.

Indu Baweh memang sudah tua. Tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia lakukan selain mengamati dan menganalisa keadaan sekitarnya. Bahkan, beberapa orang menyebutnya setress atau gila. Beberapa kali Indu Baweh memaki kepala desa karena beberapa infrastruktur tidak berfungsi dengan baik. Ia juga sempat menemui Si Tajir hanya untuk memaki dan mengutuk perbuatannya merusak alam.

Semua warga mengerti dan tidak ada yang berani melawan Indu Baweh. Indu Baweh hanya seorang nenek renta yang butuh seseorang untuk mendengarkan cerita dan keluhan-keluhannya yang oleh sebagian orang dianggap gila. Sebagian lagi menganggap Indu Baweh adalah nenek tua yang cerdas dan bijaksana dalam beberapa hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun