Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Dari Tekanan Akademis hingga Media Sosial: Jangan Abai Masalah Psikologis Keluarga

3 Februari 2025   21:16 Diperbarui: 4 Februari 2025   11:22 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 anak dan ketergantungan teknologi-sumber gambar suara.com

Orang tua perlu menyadari bahwa kesehatan mental anak tidak boleh dikorbankan demi pencapaian akademis. Pendekatan yang lebih bijaksana adalah memberikan dukungan emosional, memahami kemampuan anak, dan mendorong mereka untuk berusaha sebaik mungkin tanpa menambah beban yang berlebihan.

Sebuah kasus seorang anak yang membunuh orang tuanya baru-baru ini ternyata didasari oleh sebab itu. Ia merasa harus menjadi yang terbaik, sehingga kehilangan waktu bermainnya, kehilangan kebebasannya sebagai anak-anak. Sehingga ia memilih solusinya sendiri dengan menghabisi orangtuanya yang dianggap sebagai biang keladinya.

 anak dan ketergantungan teknologi-sumber gambar suara.com
 anak dan ketergantungan teknologi-sumber gambar suara.com

Tantangan orang tua yang makin klasik adalah ketergantungan pada teknologi. Orang tua mana yang tidak memiliki keluhan. Anak-anaknya menjadi sangat candu dengan perangkat digital seperti ponsel, tablet, dan media sosial daripada berinteraksi langsung dengan orang tua atau teman-temannya.

Ini menambah jarak emosional antara orang tua dan anak, serta bisa menyebabkan masalah dalam keterampilan sosial anak, kecemasan, dan perasaan kesepian.

Anak seorang teman sampai harus dimasukkan ke sebuah sekolah khusus hanya karena ia tidak bisa berbicara kecuali ketika berhadapan langsung dengan perangkat digital.

Awalnya orang tuanya berpikir ia mengalami kelainan pendengaran. Ternyata karena fokusnya pada perangkat digital membuatnya menjadi pasif berbicara. Hanya akan "berbunyi" jika dipicu audio yang muncul dari perangkat digital.

Studi yang dilakukan oleh Pew Research Center pada 2021 mengungkapkan bahwa sekitar 95% remaja memiliki akses ke ponsel pintar, dan lebih dari 45% dari mereka mengaku sering menggunakan media sosial lebih dari 3 jam sehari.

Hal ini menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan sosial dan emosional anak. Penggunaan media sosial yang berlebihan bisa memperburuk perasaan cemas, stres, dan depresi pada remaja, terutama ketika mereka membandingkan diri mereka dengan standar kecantikan atau kesuksesan yang tidak realistis di dunia maya.

Bagi orang tua, tantangan terbesar adalah menemukan cara untuk membimbing anak agar bisa menggunakan teknologi secara sehat. Pembatasan waktu penggunaan perangkat digital dan diskusi terbuka tentang pengaruh media sosial pada persepsi diri anak-anak menjadi langkah penting dalam mengurangi dampak negatifnya.

pola asuh ketat-sumbergambar -kompas.com
pola asuh ketat-sumbergambar -kompas.com

Pola asuh--Parenting Style yang makin kompleks bisa mengganggu mental anak. Kekuatiran yang berlebihan seperti halnya pada kemampuan akademis, pola asuh juga kurang lebih sama masalahnya. 

Preferensi orang tua yang tinggi pada keamanan anak menyebabkan pola asuhnya menjadi sangat ketat (otoriter) atau sebaliknya, terlalu permisif, bisa mempengaruhi perkembangan psikologis anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun