Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saat Infeksi Judi di Twitter Merajalela, Blokir Bukan Antibiotiknya!

26 Juni 2024   12:36 Diperbarui: 29 Juni 2024   23:41 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain gadget sumber gambar lifestyle kompas

Menurut banyak kalangan, penutupan platform Twitter, meski terkesan seperti langkah tegas Pemerintah, namun seperti  solusi panik yang hanya mengobati permukaan masalah.

Tanpa solusi yang komprehensif, judi online justru akan berkembang biak dan beralih ruang muncul di platform lain atau bahkan beralih ke ranah yang lebih gelap, seperti deep web.

Jadi  problem judi online di Twitter bukan hanya tentang iklan yang marak berseliweran. Platform ini telah menjelma menjadi ruang perjudian virtual, di mana para bandar dan pemain berinteraksi, melakukan transaksi, dan bahkan melangsungkan permainan.

Ilustrasi anak bermain gadget sumber gambar lifestyle kompas
Ilustrasi anak bermain gadget sumber gambar lifestyle kompas

Sulitnya Membuang Benalu Judi 

Memblokir akses Twitter memang dapat menekan penyebaran iklan dan aktivitas judi online di platform tersebut, namun tidak serta merta menuntaskan masalah. Bahkan langkah ini bagaikan memukul nyamuk dengan palu godam. Dampaknya bisa lebih luas dan menimbulkan konsekuensi.

Bahkan keputusan pemblokiran  platform secara keseluruhan itu bisa memicu kekhawatiran terkait pelanggaran kebebasan berekspresi dan hak pengguna.

Memerangi judi online di Twitter membutuhkan strategi yang lebih komprehensif dan terarah, melampaui sekadar penutupan platform. Diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, platform media sosial, penegak hukum, dan masyarakat sipil.

Pemerintah harus menyiapkan regulasi yang jelas dan tegas terkait judi online, termasuk di media sosial dengan melakukan penindakan tegas para pelakunya.


Layaknya benalu yang menggerogoti nilai-nilai moral dan kesehatan masyarakat. Penutupan platform, meski terkesan tegas, bukanlah solusi permanen Namun yang tak kalah penting adalah literasi digital dan edukasi masyarakat agar lebih bijak dalam beraktivitas di media sosial dan terhindar dari godaan judi online.

Hanya dengan solusi yang holistik dan berkelanjutanlah kita bisa  terbebas dari jeratan judi online dan membangun ruang digital yang lebih sehat dan aman. Namun sayangnya hal itu butuh proses panjang, apakah kita bersedia menunggu. Atau jika ingin lebih cepat Pemerintah harus ada "niat baik" dan keseriusan terlebih dulu, karena itulah yang paling sulit diimplemnetasikan.

Bisakah Dimulai Dari Sekolah?

Kasus judi online yang marak di media sosial, termasuk Twitter, bagaikan bom waktu yang mengancam generasi muda, terutama di lingkungan sekolah. Ketergantungan terhadap gadget dan kemudahan akses ke platform judi online melalui media sosial memperparah situasi ini.

Memang akan terasa sulit mengingat ketergantungan siswa terhadap gadget di semua tingkatan jenjang sekolah telah menjadi sebuah candu yang sulit dihilangkan, terutama sejak pandemi.

Padahal melalui perangkat gadget yang memiliki berbagai platform media sosial yang menampilkan berbagai iklan judi online, langsung bisa terhubung secara personal ke masing-masing gadget tanpa halangan berarti.

Memang jadi dilematis, menyadari hal ini, memang tidak mudah mencari solusinya. Di satu sisi, kita dihadapkan pada realitas ketergantungan siswa terhadap gadget, yang semakin kuat di era pandemi. Di sisi lain, literasi digital dan edukasi kritis perlu ditanamkan sejak dini untuk memerangi godaan judi online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun