Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hati Sang Malaikat

25 Juni 2024   02:48 Diperbarui: 9 Juli 2024   20:11 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Begitu semuanya siap, aku segera menjemputmu secepatnya", janji Natalie kala itu. 

Mereka berdua kuliah di tempat yang sama, dan menjadi karib karena kesamaan dalam banyak hal, apalagi setelah kedua orang tua mereka tiada dan menjadi seorang diri di dunia.

Awalnya, Mia mencoba untuk memaklumi keadaan Natalie. Mungkin sahabatnya memang sibuk dengan pekerjaan. Namun, semakin lama penantiannya berlanjut, semakin jelas baginya bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Mia merasa ditinggalkan.

Rasa kecewa itu menggumpal, bergelut dengan perasaan tidak dihargai. Dendam tumbuh dalam hati, menggerogoti perasaan sakitnya yang mendalam. Dia merasa marah kepada Natalie--- karena ditinggalkan dalam saat-saat paling sulit dalam hidupnya.

Satu-satunya yang bisa ia lakukan, menuliskannya di buku kecil, agar ia bisa bernafas. Setiap kali Mia menuliskan rasa sakit itu, dia menemukan dirinya menulis tentang perasaan-perasaan kecewa.

Catatan yang biasanya penuh dengan harapan, kini dipenuhi dengan rasa sakit yang tidak pernah berkurang meskipun waktu terus berlalu.

***

Sabtu pagi itu, Mia duduk di meja kecilnya dengan pena gemetar di tangan. Dia menatap kertas kosong di depannya, membiarkan emosinya mengalir. 

Mia menulis tentang persahabatan yang pernah mereka bangun bersama, tentang bagaimana kehadiran Natalie pernah memberinya kekuatan dan harapan.

Namun, juga menulis tentang bagaimana perasaannya terluka dan terabaikan setelah Mia menerima kenyataan bahwa diagnosa dokter Martha tentang kankernya itu nyata menggerogoti limfosit-nya.

Mia tahu bahwa dendamnya kepada Natalie tidak hanya tentang perasaan ditinggalkan, tetapi juga tentang kebutuhan untuk didengar. 

Dia merasa bahwa Natalie harus tahu bagaimana perjuangan ini mempengaruhi hidupnya, bagaimana setiap hari adalah tantangan untuk bertahan hidup dan untuk menemukan arti dalam penderitaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun