Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Harga Rumah KPR Terus Meroket, Apa Rumah Tumbuh Bisa Jadi Solusi Alternatif?

4 Mei 2024   16:19 Diperbarui: 6 Mei 2024   21:21 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah mungil dan rumah tumbuh sumber gambar pinhome

Teman saya itu memutuskan untuk membeli sebidang tanah setelah ditawari seorang tetangganya yang pindah keluar kota. Sepetak tanah itu tak terlalu luas. Lantas ia membeli sebuah rumah bongkar pasang bekas shelter pengungsi tsunami.

Ia juga memperluas dapur agar area sumur bisa masuk didalamnya dengan tambahan seng bekas. 

"setidaknya untuk tahun depan tak lagi pusing mikirin mau kontrak rumah dimana, dan harus perpanjang lagi", ujarnya dengan muka lebih berseri.

Meskipun sedikit jauh dari tempat kerja, namun jika dihitung semua pengeluarannya untuk alokasi bensinnya setiap hari, masih bisa tertutup dibanding mengontrak rumah lagi. Dan setelah "rencana besar" itu terwujud, ia semakin bersemangat menambah pundi-pundi tabungannya.

Ia menggunakan sisa waktunya dirumah bekerja sebagai tenaga paruh waktu di sebuah peternakan kambing perah. Sedangkan istrinya sekarang lebih serius dengan hobi kulinernya, menitipkan kue di beberapa titik pusat jajanan. 

Padahal selama ini, ide itu tak pernah terpikirkan, namun keputusan untuk bisa memiliki rumah sendiri yang "dipaksakan", akhirnya membuat mereka berjuang lebih keras agar impiannya terwujud.

Di waktu akhir pekan, menjadi waktu mereka mengotak-atik rumah mungil itu. Selain mengisinya dengan berkebun menanam tanaman di polibag karena halamannya terbatas, mereka mengecat dan memperbaiki sendiri apa yang bisa mereka lakukan.

Bahkan kini mereka menjadi lebih kreatif. Kotak buah yang bisa mereka peroleh gratis, mereka sulap menjadi seperangkat meja dan kursi taman, setelah di beri tambahan kain perca yang tak terpakai, dan dibalut dengan bekas spanduk yang berwarna-warni. Unik sekali.

Dimulai dari rumah mungil, rumah tumbuh itu terus bertambah besar seperti impian mereka.

Ilustrai rumah mungil dan rumah tumbuh sumber gambar wolipop.com
Ilustrai rumah mungil dan rumah tumbuh sumber gambar wolipop.com

Bukan Impian yang Tak Mungkin

Memiliki rumah sendiri memang menjadi impian setiap orang. Saya dulu berharap bisa memiliki rumah dengan halaman lebar seperti di kampung, tapi ternyata itu tak mudah.

Semakin lama harga tanah juga semakin melambung tinggi karena tanah juga menjadi salah satu investasi yang harganya selalu bersaing. Apalagi jika di area tanah kosng tersebut telah berkembang menjadi sebuah perumahan.

Dulu tanah di daerah saya tinggal harganya Rp.135 ribu per meter, kini harga termurah Rp. 1, 5 juta. Diawal masih berbentuk areal persawahan, kini disekitaran rumah telah tersedia bermacam fasilitas publik, mulai dari klinik hingga bengkel.

Jika memilih kredit rumah KPR juga belum ada yang klop, dan soal harga juga menjadi pertimbangan paling krusial.

Meski tinggal di rumah dinas, kami pada akhirya tetap berusaha merencanakan bisa memiliki hunian sendiri, dan pilihan kami jatuh kepada "rumah tumbuh".

Memulai Rencana dengan Cicilan tabungan

Diawali dengan membeli tanah (yang ketika itu masih bisa dicicil lagi) karena pemilik tanahnya penduduk kampung yang tidak sedang terdesak uang. Sisa uang kami manfaatkan untuk membangun pondasi rumah secara bertahap. Hingga seluruhnya selesai dan selanjutnya dilakukan penimbunan.

Dalam kondisi membangun yang semuanya dilakukan tidak terburu-buru, kami masih bisa mencari kenalan dan meminta "bantuan diskon" untuk menimbun seluruh pondasi secara bertahap. 

Dengan tetap mengorder pada satu tempat, kita bisa kita dapatkan harga "sahabat".

Setiap uang masuk, bisa langsung dialihkan untuk meng-order tanah timbun meskipun hanya satu atau dua truk setiap bulannya. Semuanya berjalan selama beberapa waktu, hingga dana tersedia cukup, barulah dimulai pembangunan tahap lanjutan yang lebih besar.

Ilustrasi rumah mungil sumber gambar floresnews.com
Ilustrasi rumah mungil sumber gambar floresnews.com

Perlunya Desain Rumah Sejak Awal

Namun tetap dengan berdasarkan planning atau gambar denah rumah yang telah kami siapkan sebelumnya dengan bantuan kenalan mahasiswa seorang arsitek yang bersedia dibayar harga damai. Kebetulan dulu saya juga bercita-cita menjadi arsitek sehingga desain itu juga merupakan masukan dari sana.

Desain ini penting agar pembangunan rumah meskipun bertahap karena berupa rumah tumbuh, namun tetap pada rencana awal agar tidak tumpang tindih dan tidak ada pengulangan membangun bagian bangunan agar tidak boros.

Seperti pilihan saat awal kami memilih membangun plafon terlebih dahulu agar lantainya tidak rusak saat pemasangan palfon.

Berpuasa dan Pilih Prioritas Barang yang diperlukan

Membiasakan "berpuasa" mata dan keinginan, menjadi salah satu "syarat tak tertulis" agar kita tak tergoda untuk membeli pernak-pernik rumah yang tidak perlu. 

Karena orang yang sedang membangun rumah sering tergoda oleh berbagai macam benda pelengkap interior rumah,apalagi kalau sudah main ke toko khusus untuk interior rumah. Awalnya cucimata, akhirnya bisa borong barang tak diperlukan.

Menjadi Tukang Sendiri

Beberapa pengerjaan bagian atau tahapan pembangunan rumah bisa kita cicil dan jika memungkinkan bisa kita lakukan sendiri, menjadi tukang dadakan. 

Dengan alasan sambil berolahraga, sepulang kerja kami khusus berkunjung ke rumah tumbuh itu, dan menimbun sendiri tanah yang masih teronggok. Lumayan, sehatnya dapat dan rasa puas dihati juga dapat.

Termasuk juga membuat bangku dari sisa kayu bekas bangunan, atau kebutuhan lain untuk melengkapi rumah tumbuh itu.

Menabung di toko bangunan

Jika tersedia uang yang berlebih, sedangkan rencana membangun belum terpenuhi semua biayanya, seperti biaya tukang , maka alternatif yang kami lakukan adalah menabung barang di toko besi langganan. 

Keuntungannya selain uang tak lari kemana-mana, kita juga bisa mendapatkan harga tetap meski harga material sebagiannya naik. Karena sejak awal kesepakatananya kita tetap mendapat harga awal. 

Jadi saat semuanya siap bekerja kembali membangun rumah, tinggal kita order saja berapa semen dan pasir atau besi yang diperlukan dan sisanya biarlah menjadi tabungan. Jika harga turun jadi keuntungan si penjual, tapi ya sudahlah.

Dengan cara tersebut tanpa terasa kita kita memiliki cadangan tabungan berupa material rumah dan kapanpun bisa digunakan, bahkan bisa diganti jika ternyata keperluan kita berubah barang bisa diganti seharga deposit tabungan kita.

Tak terasa waktu berjalan, dengan pendapatan yang disisihkan dan ditabung di toko material, serta selektif memilih kebutuhan interior pelengkap bangunan, pada akhirnya rumah tersebut perlahan "terbentuk". Rumah yang terus bertumbuh seiring waktu.

Prioritas ruang yang bisa multifungsi

Pilihan kita dalam membangun juga bisa didasarkan pada kebutuhan ruang yang paling penting, namun dalam tahapannya kita juga bisa mempertimbangkan ruangan yang bisa multi fungsi.

Misalnya ketika mengecor dak garasi, agar ruang atas bisa dijadikan bangunan, garasi bisa dimanfaatkan sebagai gudang atau kamar sementara. Jadi meskipun agak sedikit mahal ongkos cornya, namun ada dua ruang bangunan yang bisa digunakan.

Begitu juga dengan membuat gudang darurat yang diberi pengaman untuk menyimpan beberapa barang yang tak bisa masuk ke dalam rumah yang masih sempit.

Meskipun membutuhkan proses dan waktu, namun memiliki rumah sendiri dengan bantuan konsep "rumah tumbuh"mungkin bisa dijadikan alternatif. Terutama jika direncanakan dengan matang dan terukur.

Karena seperti pengalaman teman yang setiap tahun mengontrak rumah, sementara untuk mencicil KPR ternyata juga masih jauh dari harapan karena harganya yang terus meroket, yang harganya murah lokasinya dekat pantai yang rentan bencana, pada akhirnya alternatif rumah tumbuh juga bisa menjadi solusi menarik.

Kini ia bisa bersantai di rumahnya yang mungil namun asri, dan tak pusing lagi dengan uang kontrakan di akhir tahun. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun