Ie Bu Peudah Bubur Campuran 44 Rempah dan Tanaman
Namun yang paling unik adalah kehadiran Ie bu peudah (Nasi Pedas), masakan yang diolah dari 44 macam jenis dedaunan hutan. Dimasak dengan campuran lada, kunyit, lengkuas, dan bawang putih. Adonan rempah itu kemudian dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut.
Jenis kuliner yang langka ini sebenarnya masakan khas dari Aceh Besar. Jenis kuliner bubur ini juga warisan turun temurun sejak era Kesultanan Aceh Darussalam dan telah lama menjadi santapan takjil khas Ramadan di Aceh.Â
Dan hingga kini, olahan kuliner leluhur itu masih dilakukan oleh para warga seperti di wilayah Gampong Beuradeun Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Bisa dibilang tak semua tempat bisa membuatnya dan sangat spesifik. Dan uniknya lagi para chef ie bu peudah hanya akan "beraksi" saat ramadan. Mengapa?.
Menurut penuturan Jamaliah (60 tahunan), warga Gampong Beuradeun, "resep saya dapat dari orang tua, yang dibagi turun menurun. Biasanya hanya kami buat waktu ramadan".
"Bahan-bahannya tidak sembarangan, kami cari di gunung dan bukit-bukit, disekitar kampung, tak semua orang sekarang tahu, walaupun namanya saya kasih tau".
Dan masih menurut penuturan jamaliah, ternyata ke 44 jenis tanaman yang di petiknya itu memiliki masa pertumbuhannya sendiri. Jadi tidak tumbuh sepanjang waktu.
"Karena saya cari daun untuk bahan-bahan Ie Bu Peudah tiap tahun ke gunung, saya sudah hafal di mana-mana saja tempatnya dan kapan waktu tubuhnya batang kayu itu," ucap Jamaliah.
Ke-44 jenis dedaunan, seperti dituturkannya diantaranya kunyit, lada, lengkuas, jahe, ketumbar, bawang putih, daun si mirah doeng, daun sinekut, daun tahe, daun capa, daun pepaya, daun sop, daun jeruk perut, daun muling, daun tongkat ali dan puluhan jenis-jenis dedaunan lainnya.
Nah, selain 44 dedaunan, ie bu peudah juga dilengkapi dengan bahan dasar seperti beras, jagung, kacang hijau, yang telah disangrai dan nantinya ditumbuk bersama semua daun kayu.Â
Uniknya dalam proses penghalusannya, bahan-bahan tersebut akan ditumbuk menggunakan jeungki--alat tumbuk tradisional khas Aceh, semacam lesung di daerah lain.
Jeungki lebih mirip permainan jungkat jungkit dengan ujung langsung menghujam kedalam lumpang. Hasilnya lalu dijemur sampai kering untuk bahan utama bubur ie bue peudah.
Dan rahasia mengapa ie bu peudah hanya "dimasak"saat ramadan, ternyata kuliner kaya rempah-rempah yang satu ini bermanfaat sangat baik untuk daya tahan tubuh dan vitalitas tubuh, apalagi ketika puasa. Dan ternyata Ie Bu Peudah juga bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, serta meningkatkan imunitas tubuh.
Kearifan Kuliner Terselamatkan Fenomena War Takjil Ramadan