Dikisah lainnya diceritakan, dimana kebahagiaan itu bisa kita temukan sebenarnya?.
Dikisahkan ada seorang pemuda yang ingin menemukan kebahagiaan. Ia berkelana ke semua tempat berusaha menemukannya, hingga akhirnya merasa lelah dan terduduk di sebuah taman.
Seorang kakek mendatanginya dan bertanya, "mengapa kamu terlihat murung dan lelah?". "Aku sudah berkeliling kesemua tempat mencari kebahagiaan tapi tak pernah saya temukan".
"Cobalah, pergi ke taman lalu tangkaplah seekor kupu-kupu", saran si kakek. Maka bergegas si pemuda mencari seekor kupu-upu. Ketika akhirnya melihatnya, maka ia mengejar dengan segala kemampuannya untuk bisa menangkapnya. Dan tanpa disadarinya, ia merusak bunga-bunga di taman, tapi ia tak peduli.
Dan baru berhenti ketika akhirnya bisa menangkapnya,"aku berhasil menangkapnya kek, lalu dimana kebahagiaannya?. tanya si pemuda bingung.
"Begitu caramu mengejar kebahagiaan, dengan segala cara dan tak peduli telah merusak pepohonan?".
"Ketahuilah, mencari kebahagiaan layaknya mencari kupu-kupu, cukup kamu nikmati saja kecantikannya, warnanya, dan biarkan ia tetap terbang bebas".Â
Pemuda itu terdiam, ia mulai paham apa arti bahagia sebenarnya. Kebahagiaan takkan kemana-mana, namun ada di mana-mana.
"Kebahagiaan tidak akan habis hanya karena kita membaginya. Kebahagiaan bertambah ketika kita bersedia untuk berbagi." Kebahagiaan ada dimana-mana, "Orang yang paling bahagia bukan orang yang mendapatkan lebih banyak, tetapi mereka yang memberi lebih."
Kisah Billy seperti juga banyak kisah inspiratif lain, selalu membuat kita merenung, membuat kita tersadar bahwa kebaikan itu bukan pada apa bentuk yang kita berikan, seberapa besar pemberiannnya, tapi pada ketulusan.
Berbagi dengan apapun caranya dengan apapun bentuk pemberiannya selalu menyisakan kepuasan dan kebahagiaan.
Itulah mengapa dalam banyak kisah nubuah diceritakan, meskipun kita selalu diharapkan untuk lebih memprioritaskan kehidupan akhirat dengan tak berlomba-lomba mencari harta dan segala hal tentang keduniawian, namun kita juga diharapkan menjadi "manusia yang tak kekurangan", bahkan akan lebih baik jika kita memiliki rezeki yang banyak.
Mengapa?, karena dengan demikian kita bisa berbagai lebih banyak kepada orang lain, bisa membantu orang lain menjadi lebih baik dan bagi kita, kebaikan itu akan membawa kebahagiaan yang nilainya tak bisa dibayar dengan nikmat lainnya.
Sepulang dari kota kemarin, saya bertemu dengan seorang bocah laki-laki dan adiknya perempuan yang masih kecil, mungkin sepantaran anak usia kelas 1 sekolah dasar.