Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Guru Harus Merasa Sendirian Hadapi Masalah Kurikulum Merdeka, Kan Ada Kombel!

24 Januari 2024   01:12 Diperbarui: 24 Januari 2024   13:17 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunitas Belajar bisa memfasilitasi pengembangan perangkat ajar yang dapat digunakan dan disesuaikan untuk kepentingan pembelajaran seperti alur tujuan pembelajaran, modul ajar, modul projek, bahan ajar dan bahan asesmen. 

Dengan adanya kolaborasi, anggota komunitas belajar yang belum dapat mengembangkan perangkat ajar secara mandiri bisa lebih terbantu dan juga memperkaya produk-produk yang dihasilkan.

Keempat; Fasilitas Refleksi Pembelajaran Rekan Sejawat

Dengan dukungan keempat fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh para guru ketika menemui kesulitan, implementasi Kurikulum Merdeka akan memberikan banyak pembelajaran baru bagi guru, pendidik, dan tenaga kependidikan. 

Refleksi dari implementasi tersebut penting untuk mengevaluasi proses dari penerapan Kurikulum Merdeka. Refleksi ini akan memperkaya pengalaman belajar dari anggota komunitas belajar.

Isu-isu Kritis yang Menjadi Komitmen Guru

Meskipun implementasi Kurikulum Merdeka membawa banyak potensi positif, ada sejumlah isu krusial yang juga harus menjadi fokus dan komitmen para guru.  Terutama berkaitan dengan Ketersediaan sumber daya seperti buku teks yang sesuai,  Dukungan teknologi, Peningkatan kapasitas guru melalui pelatihan, dan Ketidaksetaraan akses ke pendidikan juga harus menjadi perhatian serius, terutama di daerah pedesaan.

Hingga saat ini selain problem diatas yang membutuhkan komitmen lebih baik, adalah kebutuhan adanya evaluasi dan penilaian yang masih menjadi tantangan. 

Bentuk evaluasi harus dipahami oleh semua guru yang sedang mempraktekkan pembelajaran berbasis kurikulum merdeka. Dan jika ada temuan masalah, kan ada komunitas belajar (kombel) sebagai salah satu solusinya yang praktis.

Para guru memang membutuhkan komitmen untuk mengembangkan metode penilaian yang sesuai dengan pendekatan Kurikulum Merdeka, yang bisa menilai kemajuan holistik siswa, bukan hanya aspek akademis. Karena kelebihan setiap siswa berbeda, bukan hanya dalam kemampuan akademisnya saja.

Tentu kita masih ingat, kisah seorang guru di Jakarta yang mengirimi para orang tua pesan melalui media sosial, yang intinya bahwa para orangtua tak perlu merasa berkecil hati jika mendapati rapor anaknya mungkin mendapat nilai tidak memuaskan dalam bidang sains dan matematika. 

Intinya adalah karena pada dasarnya kapasitas setiap anak atau siswa memang spesial dan berbeda sebagai kelebihannya.

Pembiasaan terhadap metode pengajaran konvensional juga perlu diatasi dengan membangun komitmen diri pada pelatihan dan pembelajaran secara terus-menerus. 

Pengembangan metode pembelajaran baru dapat menjadi bentuk dukungan motivasi untuk menemukan pendekatan yang paling tepat untuk siswa. Sebagai guru kita merasakan implementasi Kurikulum Merdeka sangat membutuhkan komitmen penuh dari para guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun