Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Guru Harus Merasa Sendirian Hadapi Masalah Kurikulum Merdeka, Kan Ada Kombel!

24 Januari 2024   01:12 Diperbarui: 24 Januari 2024   13:17 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Rasanya waktu jadi nggak cukup lagi, mana mau ngajar, tapi deadline laporan juga keburu harus dikirim", seorang teman guru panik karena di antara kesibukan mengajar dengan jam penuh, harus melengkapi beberapa laporan. Akhirnya ia lari ke piket, memberikan beberapa catatan dan meminta siswa membuat catatan saja di kelas, karena ia berhalangan masuk.

Dilain waktu, ada guru yang meminta izin memakai laboratorium komputer, karena harus mengejar deadline laporan dan membiarkan anak-anak searching, sementara ia duduk di depan mengejar deadline laporannya. Tapi tak sedikit yang panik karena sama sekali tak memahami substansi laporannya. Apa yang harus dilakukan?

Tugas paling krusial dan terbaru paska transisi sekolah menggunakan Kurikulum Merdeka, memang mengharuskan para guru harus punya inisiatif dalam implementasi praktik baik Kurikulum Merdeka (Kurmer), karena capaian itu bukan cuma jadi tanggung jawab sekolah, apalagi kemendikbud, tetapi juga melibatkan peran aktif para guru semua, termasuk Komunitas Belajar (Kombel).

Bagaimana nantinya para guru bisa memahami seluk belum Kurikulum Merdeka sehingga bisa lebih fokus dalam mengembangkan potensi unik setiap siswa. Apalagi kurikulum baru tersebut memang memberikan ruang lebih besar bagi kreativitas, inovasi, dan karakter para siswa. 

Apa yang termasuk praktik baik yang harus kita pahami dalam implementasi kurikulum ini? Banyak hal termasuk di dalamnya penekanan pada pendekatan pembelajaran berbasis proyek, penggunaan teknologi pendidikan, dan penilaian formatif. 

Ilustrasi guru sedang berdiskusi dalam komunitas belajar (KOMBEL). (Sumber gambar: iStock)
Ilustrasi guru sedang berdiskusi dalam komunitas belajar (KOMBEL). (Sumber gambar: iStock)

Guru juga diharapkan bisa berperan lebih besar sebagai fasilitator pembelajaran, mendorong kemandirian siswa menggali pengetahuan. Menurut saya ini bentuk pendekatan ini semestinya sudah sejak lama harus kita lakukan.

Hanya sayangnya masih ada guru yang belum memanfaatkan komunitas belajar sebagai solusi ketika mengalami kebuntuan, atau menemukan masalah teknis saat memahami substansi  materi Kurikulum Merdeka. Sehingga dengan banyaknya kesulitan itu ada guru yang merasa sendirian menghadapi masalah. Padahal ada Kombel!

Ilustrasi guru saling sharing dan belajar bersama sumber gambar aku pintar (freepik)
Ilustrasi guru saling sharing dan belajar bersama sumber gambar aku pintar (freepik)

Komunitas belajar (Kombel), secara umum bisa kita pahami sebagai salah satu bentuk pengimplementasian Kurikulum Merdeka. Mekanismenya adalah adanya sekelompok Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) belajar bersama dan berkolaborasi secara terjadwal serta berkelanjutan.

Komunitas belajar menjadi kunci sukses dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Guru tidak lagi bekerja secara terisolasi, sebaliknya, mereka justru bisa terlibat dalam pertukaran ide, pengalaman, dan sumber daya. 

Komunitas belajar menciptakan ruang di mana guru dapat saling mendukung, memecahkan masalah bersama, dan mengembangkan praktik pembelajaran terbaik. 

Ini bukan hanya meningkatkan kompetensi guru, tetapi juga memperkuat kolaborasi antar guru yang pada gilirannya memperkaya pengalaman belajar siswa.

Saya dapat merasakan betul manfaatnya karena pada saat transisi kurikulum merdeka, banyak sekali hal-hal teknis yang harus dikuasai dengan cepat oleh para guru, agar implementasinya tidak terhambat ketika berinteraksi langsung dalam praktiknya bersama siswa.

Pada saat interaksi praktik tersebutlah kita berhadapan dengan problem langsung yang sering kali tak selalu sama dengan teori yang kita pelajari, dan berbagai diskusi, pembahasan, sharing dalam komunitas belajar menjadi solusi konkret dan paling realistis bisa dijadikan rujukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun