Kota Mandiri "Livable City" memang menjadi visi masa depan yang menggairahkan, menjanjikan kualitas hidup yang tinggi bagi semua warganya. Namun, untuk mencapai tujuan ini, perlu adanya pendekatan yang tidak hanya eksklusif tetapi juga inklusif.Â
Desain sebuah kota mandiri harus mampu menciptakan lingkungan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat yang mapan secara ekonomi, tetapi juga memberdayakan dan menyediakan akses untuk semua lapisan masyarakat.
Eksklusivitas dalam konteks kota mandiri mencakup pembangunan infrastruktur mewah, pusat perbelanjaan eksklusif, dan lingkungan perumahan premium.Â
Meskipun hal ini dapat meningkatkan daya tarik kota dan menarik investor, risikonya adalah menciptakan kesenjangan sosial yang besar. Oleh karena itu, perlu diintegrasikan prinsip inklusivitas dalam setiap aspek pembangunan kota.
Penting untuk memastikan bahwa infrastruktur yang dibangun di Kota Mandiri "Livable City" dapat diakses oleh semua warganya.
Dari jalur pejalan kaki yang ramah untuk penyandang disabilitas hingga transportasi umum yang terjangkau dan efisien, infrastruktur harus dirancang dengan memperhitungkan kebutuhan semua lapisan masyarakat.Â
Dengan cara ini, setiap warga dapat dengan mudah mengakses tempat kerja, sekolah, dan pusat kegiatan masyarakat.
Teknologi dapat menjadi alat untuk meningkatkan inklusivitas dalam kota mandiri. Pembangunan smart city, dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dapat meningkatkan efisiensi layanan publik, memastikan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan meningkatkan aksesibilitas informasi untuk semua warga.
Langkah terpenting dalam membangun kota mandiri yang inklusif adalah melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan. Pendekatan "bottom-up" memastikan bahwa kebutuhan dan aspirasi semua warga diakomodasi.Â
Keterlibatan aktif masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan akan membentuk kota yang mencerminkan keinginan dan kebutuhan mereka.
Mestinya inklusifitas bisa diakomodir dalam konsep Kota Mandiri "Livable City," dan seharusnya tidak hanya terbatas pada pendekatan eksklusif.Â
Meskipun ada potensi bahwa kota mandiri dapat terlihat elit karena fokus pada kualitas hidup yang tinggi, ini tidak harus berarti eksklusifitas yang ekstrim.
Agar inklusifitas dapat diintegrasikan dengan baik dalam pengembangan Kota Mandiri "Livable City", bisa saja dengan wujud perencanaan yang berimbang, dimana  perencanaan kota harus memperhitungkan kebutuhan semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang mungkin tidak mampu mengakses fasilitas premium.
Tentu saja harus ada kebijakan Pemerintah yang mendorong inklusivitas, dimana Pemerintah kota harus mengembangkan kebijakan yang mendukung inklusivitas, termasuk subsidi perumahan, layanan sosial yang merata, dan regulasi yang menghormati keberagaman masyarakat.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya