Setiap kali mengingat itu semua, kami merasa kasih sayang mamak memang luar biasa.
Dan kami bangga bisa mewujudkannya.
***
Ibu mau dong, ada anak ibu yang bisa jadi arsitek, kataku bercanda dengan anak-anakku.
Seperti juga mamak, aku juga pernah punya cita-cita menjadi arsitek, cita-cita saat kecil. Setiap kali di tanya orang. "Jadi guru dan arsitek"begitu jawabanku.
Sungguh ajaib puteraku ternyata kemudian lulus di fakultas teknik arsitektur.“Nak, sebenarnya aristek itu cita-cita ibu” kataku “Rumah yang kita tinggali sekarang ini, rancangan ibu”, lanjutku.
Ia tak percaya, dan saat memelukku, ia bilang ia merasa bangga, bisa mewujudkan cita-cita itu.
Aku langsung teringat pada impian mamak ketika menginginkanku menjadi guru, kini aku juga memiliki impian yang sama yang sedang diwujudkan oleh anakku sendiri.
Padahal aku tak pernah memaksakannya, kecuali hanya berharap melalui doa-doaku, seperti yang dilakukan mamak dulu.
"Terima kasih Mak, untuk semua kasih sayang dan inspirasi yang luar biasa. Aku tak hanya mewarisi kasih sayangmu, tapi juga keihklasan dan "mukjizat" doa seorang ibu" begitu ujarku saat duduk suatu sore menikmati teh bersama mamak di teras rumah. Mamak hanya tersenyum, tapi aku tahu ia begitu bahagia.
Selamat hari ibu, Mak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H