Maka kami para lulusan yang berhasil selamat seluruhnya harus konfirmasi sebelum dinyatakan lulus.
Satu-satunya sumber koran cuma dari kantor pusat korban tsunami. Aku terkejut, karena namaku ternyata ada dalam daftar peserta CPNS yang lulus dan berada diurutan kedua. "Aku lulus, aku kini resmi menjadi seorang guru", teriakku tertahan. Aku langsung teringat mamak.
Meski harus melewati tsunami, aku mendapat keberuntungan itu. Aku lulus menjadi seorang guru. Dan sekali lagi doaku dikabulkan Tuhan, karena aku ditempatkan disekolah tak jauh dari rumah, sehingga aku bisa merawat mamak.
Bertahun -tahun setelahnya, aku masih bisa melihat kebanggaan di mata mamak. Setiap kali melihatku bersiap mengajar. Atau saat pulang sekolah, atau saat bekerja di rumah dengan kesibukanku sebagai guru memeriksa PR, menyiapkan bahan mengajar.
“Eh bu guru sudah pulang,” begitu sering mamak katakan jika melihatku pulang mengajar. “Mamak senang akhirnya kamu menjadi guru” katanya lagi.
Bahkan sesekali saat aku memeriksa PR anak-anak, mamak duduk disamping melihatku bekerja."Bagaimana rasanya menjadi guru" tanyanya suatu ketika.
Aku cuma tersenyum tak menjawabnya, meskipun di dalam hati aku merasa seperti mau meledak bahagia, karena bisa melihat senyum indahnya.
“Persis seperti yang mamak selalu cerita”, jawabku sambil duduk didekatnya menyandarkan kepalaku kepundaknya.
Aku baru menyadari jika kata-kata mamak teryata begitu ajaib, apalagi ketika adik perempuanku kemudian menjadi seorang dokter.
Mamak pernah bilang,” Maunya ada yang jadi dokter”, katanya suatu kali kepada adik perempuanku.
Entah sebuah kebetulan atau keajaiban, ia lulus di kedokteran dan menjadi dokter di sebuah rumah sakit, meski harus memulai pengabdian di sebuah puskesmas kampung terpencil yang harus ditempuh dengan berjalan satu jam menggunakan rakit.
“Semua anugerah ini berkat usaha kita dan doa mamak” kataku suatu hari kepada adik-adik.
Mereka mengangguk, merasakan hal yang sama sepertiku.