Peninggalan tsunami sebagian dibiarkan tinggal menjadi bagian dari kenangan sekaligus bisa menjadi pembelajaran yang bisa disaksikan buktinya oleh para pengunjung.
Sehingga tak heran jika banyak desa-desa di Aceh saat ini memiliki peninggalan tsunami  sebagai bagian dari sejarah masa lalu mereka karena hidup dalam negeri lingkar bencana atau ring of fire.
Sesuatu yang tak dapat dihindari namun dapat dicegah dengan berbagai kearifan lokal yang mereka miliki.
Sebagai contoh, kini semakin banyak orang tahu apa itu smong?. Sebuah tradisi dari pulau Simeulue yang berupa nandong atau syair yang dinyanyikan saat santai oleh para penduduk. Syair itu berisi petuah untuk menyelamatkan diri jika melihat tanda tsunami.
Saat tsunami besar, melanda sebagian besar masyarakat Simeulue selamat, nandong smong menjadi sebuah alat mitigasi bencana tradisional yang sangat menakjubkan yang membantu  menyelamatkan mereka dari bencana.
Model kearifan lokal seperti itu salah satunya yang menjadi ciri khas yang kini sedang dibangun di desa-desa pesisir Aceh, membangun pesona wisata berkelanjutan sambil mengenalkan tradisi mereka yang alami.
Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi
Hal yang paling menarik dalam pengembangan desa berkelanjutan, bukan hanya pada bagaimana membangun kelestariannya, tapi juga bagaimana menguatkan pemberdayaan ekonominya agar menjadi sumber pendapatan baru masyarakatnya.
Dengan fokus tersebut, masyarakat tidak hanya berusaha membangun sebuah desa yang lestari, namun juga membangun sumber pendapatan ekonomi mereka. Perubahan pola pikir itu adalah sesuatu yang membutuhkan proses.
Seperti di desa Nusa, masyarakat secara berswadaya menguatkan potensi desa. Selain menjaga kelestarian juga menjadi potensi ekonomi mereka. Sehingga kita dapat melihat geliat ekonominya yang lebih dinamis.
Keseharian masyarakatnya mulai membentuk pola yang sinergis antara membangun desa berkelanjutan dengan tematik kebencanaan dan pelestarian tradisi. Pelan tapi pasti pola ini memberi dukungan positif bagi lingkungan dan kehidupan masyarakatnya.
Bahkan dengan gagasan tersebut, ekonomi berbasis kearifan lokal juga tumbuh dengan baik. Masyarakat memanfaatken kemampuan mereka dalam mengolah kuliner dan makanan oleh-oleh yang dapat dijadikan buah tangan langsung dari desa tersebut.Â