Ketika rasa percaya diri anak tetap terjaga, ia akan lebih termotivasi untuk melakukan yang lebih baik di kemudian hari.
Sehingga tidak asing setiap kali para orang tua dan guru bertemu saat pengambilan rapor anak-anak yang menjadi pertanyaan dan curhatan adalah; "bagaimana dengan nilai rapor anak saya, saya kuatir nilanya jelek karena di rumah malas belajar, lebih sering main hape dari belajar", kurang lebih begitu bentuk keluhan yang paling umum saya dengar.
Dan ini menjadi kesempatan saya untuk berdiskusi dalam waktu yang singkat tapi penting agar ada pemahaman orang tua dan paling tidak menghilangkan sedikit kekuatiran mereka tentang prestasi anak-anaknya.
Apalagi berdasarkan pengalaman saya dikelas, anak-anak yang dikeluhkan orang tuanya tak belajar di rumah, di kelas sangat aktif dan rajin, hanya saja persaingan antar teman membuat nilainya berbeda tipis diantara mereka yang terbaik.
Kita berusaha memahami anak-anak kita dengan; mengenali kekuatan anak, gaya belajarnya, sebagian anak lebih bisa memahmi sesuatu daripada menghafalnya.Â
Memainkan kekuatannya; mencoba mencari tahu fokusnya dan menguatkannya pada fokus yang diminati anak-anak. Membantunya membangun skil akademik, sehingga anak akan lebih percaya diri.
Dan bagi guru denga melihat gaya belajar siswa di sekolah jenis apakah mereka; kinestetik, visual atau auditori (butuh ketenangan, butuh dukungan gambar dan interaksi langsung dengan gurunya).
Dalam website-ibupedia.com, saya menemukan jawaban bahwa anak-anak memili pola belajar yang berbeda-beda. Anak-anak yang pola belajarnya Auditori, Visual, dan Kinestetik. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri, untuk bisa memahami dunia menurut caranya sendiri.Â
Anak Kinestetik cenderung menyukai belajar tanpa gangguan, suasana tenang adalah kesukaannya, itulah mengapa mereka senang belajar di pagi hari, atau saat malam larut. Sedangkan anak visual menggunakan bantuan media pembelajaran dengan gambar, ilustrasi, musik membuat mereka lebih cepat memahmi materi.
Penggunaan seperti diagram, video , infografik menjadi pilihan yang paling menyenangkan. Anak-anak seperti ini jika mengikuti model kursus online akan lebih bisa fokus dibandingkan anak-anak jenis lainnya.
Sedangkan anak-anak auditori menjadikan ruang kelas menjadi tempat belajarnya, sehingga dalam pembelajaran tatap muka mereka cenderung lebih fokus menyimak materi dbandingkan anak-anak lainnya, sekalipun mereka duduk dibangku belakang.
Dengan memahami bagaimana pola  tersebut kita bisa memberikan solusi terbaik, dan anak-anak denagan bentuk kepintarannya, menuruti caranya, menjadikan dirinya cerdas dengan cara yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya.Â
Kita seringkali tak menyadari itu, karena kita orang dewasa yang biasa berpikir dengan cara kita sebagai orang dewasa, atau bertindak berdasar pengalaman kita bersama orang tua dahulu. Kita lupa, waktu berjalan, ada pembelajaran yang berubah dan bahwa Tuhan telah  menganugerahkan keistimewaan pada , masing-masing anak kita.
referensi; 1,2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H