Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Nyamuk Wolbachia Hadir, Program 3M Plus Berantas Jentik Nyamuk Tak Boleh Absen

23 November 2023   11:17 Diperbarui: 7 Desember 2023   21:56 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 gotong royong bersih lingkungan sumber gambar homecare

pasien terkena DBD | sumber gambar radar bali jawapos
pasien terkena DBD | sumber gambar radar bali jawapos

Vaksin Bagi Nyamuk

Kita tentu masih ingat saat pandemi covid-19 masih merajalela, kita diharuskan untuk mendapat suntikan vaksin. Mengapa kita harus mengikuti vaksinasi di masa pandemi? tentu saja untuk mengurangi risiko penularan.Tubuh kita yang telah disuntikkan vaksin, akan merangsang antibodi untuk belajar dan mengenali virus yang telah dilemahkan tersebut. Dengan begitu, tubuh akan mengenali virus dan mengurang risiko terpapar, karena berusaha untuk bertahan melawannya.

Kurang lebih seperti itulah logika penggunaan teknologi wolbachia untuk melumpuhkan virus dengue, zika dan chikungunya dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Sehingga nyamuk wolbachia telah dilengkapi dengan antibodi yang bisa membantu mengatasi penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Sebelum jauh kita membahasnya, perlu juga kita tahu bahwa inovasi ini merupakan hasil penelitian kerja sama antara Monash University di Australia dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Penelitian ini sendiri telah dimulai sejak 2011, dan lokasi uji coba pertama di dunia dilakukan di Queensland, Australia.

Salah seorang penelitinya yang berasal dari Indonesia, Eggi Arguni, peneliti laboratorium bidang diagnostik Wolbachia di World Mosquito Program (MWP) Yogyakarta menjelaskan bagaimana inovasi ini dilakukan. Tentu saja ini penting kita ketahui agar tidak menjadi simpang siur, seperti pemberitaan di media--karena dapat dianggap hoaks.

Kurang lebih mekanismenya adalah  para peneliti menyuntikan wolbachia atau bakteri, ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti. Kemudian nyamuk Aedes aegypti jantan yang memiliki bakteri Wolbachia di dalam tubuhnya, ketika kawin dengan Aedes aegypti betina, sanggup memblok virus dengue yang ada pada nyamuk betina.

Dan nantinya jika nyamuk betina mengandung bakteri Wolbachia di dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut juga akan menurunkan bakteri itu ke telur-telurnya, sehingga seluruh anak-anaknya semua akan punya Wolbachia di dalam tubuhnya. Dan nyamuk inilah yang nantinya akan digunakan sebagai inovasi pencegah penyebaran penyakit DBD.

nyamul wobachia | sumber gambar krakatau merdeka
nyamul wobachia | sumber gambar krakatau merdeka

Kuatir Soal Efektifitasnya?

Meski telah dianggap sebagai kebijakan pilihan, untuk mengatasi Demam Berdarah Dengue (DBD) yang telah menjadi penyakit endemik di Indonesia selama beberapa dekade terakhir., namun, apakah efektif?.

Jawaban itu mungkin bisa dijelaskan berdasarkan pada tahapan-tahapan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli yang tergabung dalam  World Mosquito Program (MWP) Yogyakarta UGM dan Universitas Australia. 

Karena sejak tahun 2016 silam, telur nyamuk yang sudah mengandung Wolbachia telah dilepaskan di sejumlah lokasi di Yogyakarta. Dan tim telah melakukan pendataan dan monitoring pasien dengan gejala demam yang datang ke layanan kesehatan yang menjadi lokasi ujicoba selama empat tahun terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun