Pinjam uang dari pinjol memang mudah, tapi banyak orang tak sadar akibat yang harus diterimanya. Apalagi kalau sampai jatuh tempo dan masih juga tak sanggup melunasinya.
Di Aceh dikenal istilah Bank 47, sebutan itu populer untuk istilah rentenir alias lintah darat. Ada yang bilang sebutan Bank 47 karena lanjutan dari Bank Pemerintah 46.
Dulu sebelum ada larangan masuk ke kampung-kampung, rentenir merajalela dan dengan leluasa keluar masuk kampung.Â
Tapi sekarang para rentenir tak perlu sembunyi-sembunyi meskipun ada larangan itu, karena disebalik itu, melalui jalur pinjol justru masuk ke ruang pribadi kita tanpa diketahui orang lain dari  gadget!.
Dan bahayanya justru lebih parah, karena urusannya begitu mudah dan menggiurkan siapapun, tak peduli orang tua, bahkan mahasiswa ada yang harus menggadaikan kendaraan pribadinya.Â
Risiko Pinjol dan Koperasi
Pak Simpson panik, ketika sebuah notifikasi masuk mengingatkan tagihan yang jatuh tempo dengan disertai ancaman. Konsekuensi itu harus ditanggung karena sudah terjerat hutang besar pinjol.
Bagi yang tak mau repot kalau sudah ingin meminjam uang, tanpa harus sibuk mengurus admin yang ribet, tentu pijol pilihannya. Dari dulu begitulah aksi pinjol beraksi.Â
Pinjol telah menarik minat banyak orang karena kemudahannya dalam memperoleh pinjaman tanpa proses yang rumit. Namun, pinjol juga bisa menimbulkan banyak masalah karena; Tingginya suku bunga, yang membebani peminjam dan memperburuk beban keuangan mereka.Â
Sistem penagihan yang agresif, seperti menggunakan ancaman, penyalahgunaan, dan pelecehan. Dan yang paling berbahaya, utang berkelanjutan, karena harus mengambil pinjaman baru untuk membayar pinjaman sebelumnya.Â
Lantas mengapa banyak orang tak memanfaatkan koperasi?. Tentu saja ada faktor penyebabnya.
Koperasi adalah organisasi ekonomi yang dimiliki dan dijalankan oleh anggota-anggotanya untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi bersama. Dalam koperasi, kepentingan kolektif dan kesejahteraan anggota menjadi fokus utama, bukan mencari keuntungan semata.Â
Koperasi dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip seperti keanggotaan sukarela, pengelolaan demokratis, partisipasi ekonomi anggota, dan pendidikan, pelatihan, dan informasi.
Meski begitu idealnya sebuah koperasi, tapi tetap saja pinjol jadi andalan. Ada yang bilang, jika lewat koperasi urusannya panjang, padahal jumlah pinjamannya juga terbatas sesuai stok dana tersedia. Meskipun bunganya lebih kecil.
Apalagi sebagian koperasi kita dikelola tak profesional, jadi tingkat kepercayaan masyarakat juga rendah kepada para pengurusnya. Koperasi banyak yang dikelola serba tanggung dan apa adanya.Â
Bahkan ada yang hanya menunggu kucuran bantuan dana Pemerintah, Â maka tak heran banyak koperasi yang bubar atau dibubarkan oleh pemerintah.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah koperasi aktif di Indonesia mencapai 127.846 unit dengan volume usaha sebesar Rp182,35 triliun. Jumlah koperasi aktif pada 2021 meningkat 0,56% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebanyak 127.124 unit.
Jumlah koperasi aktif mengalami peningkatan sejak 2011 hingga 2017. Hanya saja, jumlah tersebut anjlok 16,97% menjadi 126.343 unit pada 2018.Â
Kondisi ini terjadi seiring dengan pembubaran koperasi yang dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM). Hal itu dalam rangka mengubah paradigma pemberdayaan koperasi dari kuantitas menjadi kualitas.
Jumlah koperasi aktif di Indonesia turun lagi sebesar 2,61% menjadi 123.048 unit pada 2019. Namun, jumlahnya kembali meningkat dalam dua tahun terakhir.
Mengapa Koperasi Dibubarkan?
Dalam pelajaran ekonomi koperasi yang menjadi salah satu materi dikelas yang pernah kami jadikan pembahasan kelompok, setidaknya ada beberapa sebab koperasi kita mengalami jatuh bangun;
Salah Kelola atau Salah urus: Sebabnya karena pengurusnya ternyata tidak mampu mengelola keuangan dengan baik. Masalah yang umum dihadapi justru defisit keuangan, utang yang tidak terbayar, atau pengeluaran yang tidak terkontrol.
Jika masalah keuangan tidak dapat diatasi secara efektif, koperasi tidak bisabertahan lama dan dipaksa ditutup. Ini problem paling sering ditemukan di lapangan, dan berimbas pada timbulnya masalah lainnya.
Problem Hilangnya Kepercayaan dan Transparansi: Syarat pengurusan koperasi tentu saja kepercayaan dari semua anggotanya, jika kunci itu hilang maka koperasi juga didera masalah.
Ketika anggota kehilangan kepercayaan pada pengelolaan dan transparansi koperasi, tentu saja akan memilih untuk keluar dan mencari alternatif lain. Pada akhirnya tentu koperasi bubar dengan sendirinya.
Tingkat Kepatuhan Pada Peraturan: Masalah lain yang tak kalah banyak adalah, ketidakmampuan koperasi memenuhi persyaratan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan lembaga pengawas.
Dengan tidak patuh pada regulasi yang berlaku bisa menyebabkan koperasi dihentikan atau dibubarkan oleh pihak berwenang.
Anggota Kurang Terlibat: Keterlibatan aktif dari anggota koperasi sangat penting untuk menjaga kelangsungan dan keberhasilan koperasi.
Jika anggota tidak aktif dalam kegiatan koperasi atau tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, koperasi akan kehilangan momentum dan gagal untuk berkembang.
Tak Ada Rencana Bisnis: Beberapa koperasi mungkin mengalami kegagalan karena rencana bisnis yang tidak tepat atau kurangnya strategi yang jelas, bahkan karena sama sekali tak punya rencana bisnis.
Hanya memutar uang anggota begitu saja tanpa perencanaan jangka panjang. Rencana bisnis yang tidak realistis atau kurangnya inovasi mengikuti  kebutuhan anggota dan pasar bisa mengakibatkan penurunan kinerja dan akhirnya tutupnya koperasi.
Perubahan Pasar dan Persaingan: Koperasi juga bisa menghadapi tekanan akibat adanya perubahan pasar dan persaingan yang meningkat.
Jika koperasi tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tren atau tidak dapat bersaing dengan alternatif lain seperti bank atau lembaga keuangan digital, mereka mungkin kehilangan pangsa pasar dan mengalami kesulitan keuangan.
Seperti ketika harga minyak naik, yang diikuti kenaikan harga kebutuhan lainnya, tanpa kesiapan rencana bisnis yang matang, maka usaha yang dijalankan koperasi bisa tumbang, terkena goncangan pasar.
Hanya saja, memang seperti ditunjukkan dalam data Pemerintah, masih ada koperasi yang berhasil dan berkembang. Kesuksesan koperasi tergantung pada pengelolaan yang baik, partisipasi aktif anggota, kepercayaan masyarakat, dan adaptasi terhadap perubahan pasar.
Solusi Keluar Dari Jeratan Pinjol
Mau tak mau koperasi harus beradaptasi mengikuti perubahan dengan dinamis. Apalagi dengan merajalelanya pinjaman online dengan bunga yang tinggi yang berbahaya bagi peminjam sebagai tantangan serius kita.
Ketika menghadapi masalah ini, koperasi simpan pinjam bisa menggunakan strategi yang beda untuk melawan dominasi pinjaman online. Â Harus ada upaya melakukan modernisasi, minimal digitalisasi kecil-kecilan dulu disertai program yang menarik;
Pinjaman dengan Bunga Kompetitif; Salah satu strategi penting adalah menyediakan pinjaman dengan bunga yang kompetitif. Koperasi simpan pinjam bisa mengatur suku bunga yang wajar dan adil, yang lebih rendah dibandingkan dengan pinjaman online.
Dengan menawarkan bunga yang lebih rendah, koperasi simpan pinjam bisa menarik peminjam yang ingin menghindari beban utang yang berat dan memilih opsi pinjaman yang lebih terjangkau.
Layanan Keuangan yang Lengkap; Koperasi simpan pinjam bisa memperluas jangkauan layanan keuangan mereka agar bisa mencakup kebutuhan yang lebih luas dari anggotanya.
Selain pinjaman, mereka dapat menawarkan produk seperti tabungan, asuransi, atau program investasi yang memberikan keuntungan yang lebih baik bagi anggota mereka.
Dengan begitu, koperasi simpan pinjam bisa memberikan alternatif yang lebih menarik dan lengkap kepada anggota dan masyarakat lainnya, dibandingkan dengan pinjaman online yang hanya fokus pada pinjaman tanpa memberikan solusi keuangan yang baik.
Pendidikan dan Penyuluhan Keuangan; Strategi yang penting adalah meningkatkan pendidikan dan penyuluhan keuangan kepada anggota dan masyarakat umum. Koperasi simpan pinjam bisa mengadakan program pendidikan keuangan yang meliputi pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan utang, dan pemahaman tentang risiko dan manfaat dari berbagai produk keuangan.
Dengan peningkatan literasi keuangan, masyarakat akan lebih mampu membuat keputusan yang bijaksana ketika melakukan pinjaman dan menghindari jebakan pinjaman online berbahaya.
Meningkatkan Transparansi dan Kepercayaan; Koperasi simpan pinjam bisa menekankan transparansi dalam operasional mereka, termasuk ketentuan pinjaman, biaya, dan persyaratan yang jelas. Mereka bisa menyediakan informasi yang mudah diakses tentang suku bunga, jadwal pembayaran, dan hak dan kewajiban peminjam.
Dengan meningkatkan transparansi, koperasi simpan pinjam bisa membangun kepercayaan yang kuat kepada anggota dan masyarakat luas.
Digitalisasi Demi Akses Mudah; Koperasi simpan pinjam bisa memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan bagi anggota mereka. Mengembangkan aplikasi mobile, platform online, atau sistem perbankan digital yang memudahkan anggota dalam mengakses dan mengelola layanan keuangan.
Dengan menyediakan layanan yang efisien dan mudah dijangkau, koperasi simpan pinjam bisa bersaing dengan pinjaman online yang menawarkan kemudahan akses melalui platform digital.
Dalam situasi gempuran pinjol, koperasi bisa menjadi solusi alternatif yang kuat untuk membantu masyarakat mengatasi masalah keuangan.Â
Dengan suku bunga yang terjangkau, pendekatan penagihan yang manusiawi, pendidikan keuangan, dan fleksibilitas pinjaman, koperasi bisa membantu mengurangi ketergantungan pada pinjol dan mempromosikan kesejahteraan ekonomi anggotanya.Â
Namun, perlu ada upaya bersama untuk membenahi koperasi, meningkatkan kesadaran akan manfaatnya, dan mengembangkan kerjasama yang kuat antara koperasi dan pemerintah serta lembaga keuangan lainnya untuk mencapai dampak yang lebih besar dalam mengatasi masalah Pinjol.
Dan dengan banyak strategi itu, setidaknya koperasi bisa bertahan, membangun keberlanjutan ekonomi dan melindungi masyarakat dengan memberikan alternatif nyata yang bisa dirasakan manfaatnya.Â
Jika tidak, meskipun dengan terpaksa, masyarakat tetap akan kembali ke pinjol juga akhirnya, karena tak ada pilihan lain!
Apalagi ketika gemuran pinjol makin luar biasa. Masihkah koperasi bertahan menghadapi gempuran itu, dan tetap menjadi soko guru ekonomi kita?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H