Pada tahun 2012, sebagian besar (47,68%) siswa atau mahasiswa pergi ke sekolah tanpa kendaraan. Pada 2021, lebih dari separuh siswa atau mahasiswa (58,02%) pergi ke sekolah justru menggunakan kendaraan pribadi. Ini berarti mereka juga berpeluang menjadi pelaku pelanggaran,, bisa karena ketidaktahuan atau memang kesengajaan karena kurangnya kesadaran.
Langkah pertama yang bisa dilakukan misalnya menjadikan materi tentang AI sebagai salah satu bagian dalam pembelajaran di sekolah. Menyisipkannya dalam materi pelajaran tertentu sebagai bentuk pendekatan awalnya.
Bisa saja memasukkannya di dalam kurikulum, sekolah memasukkan pembelajaran tentang kecerdasan buatan, teknologi transportasi cerdas, dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Atau melalui proyek dan kegiatan yang melibatkan siswa, sekolah bisa mendorong pengetahuan tentang bagaimana AI bisa digunakan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas dan mempromosikan transportasi yang ramah lingkungan.
Hindari Kemacetan Dengan Aplikasi Pintar
Aplikasi pintar yang berbasis AI bisa menjadi alat yang efektif bagi masyarakat ketika harus  menghindari kemacetan.
Dengan memasukkan data lalu lintas dan algoritma cerdas, aplikasi ini bisa  memberikan informasi real-time tentang kondisi lalu lintas, kemacetan, dan rute alternatif kepada penggunanya.
Sekolah bahkan bisa mengedukasi siswa tentang penggunaan aplikasi ini dan pentingnya mengikuti saran dan rekomendasi yang diberikan untuk menghindari kemacetan, agar tumbuhnya kesadaran sejak awal.
Promosikan Transportasi Sehat
Selain mengatasi kemacetan, kecerdasan buatan juga bisa digunakan untuk mempromosikan transportasi ramah lingkungan, seperti pemanfaatan transportasi publik untuk mengurangi persentase kendaraan di jalan raya.
Sekolah bisa saja  melakukan kampanye dan acara yang mengedukasi siswa tentang pentingnya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi yang lebih berkelanjutan.