Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Mood Merubah Motivasi Menjadi Emosi, Apa Obatnya?

10 Juli 2023   14:05 Diperbarui: 16 Juli 2023   21:53 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
berbaur dan berdiskusi bersama siswa di SMAN 5 Banda Aceh dengan santai dan menyenangkan- sumber gambar-dokumentasi pribadi

Hari ini saya masuk kelas akuntansi, di deretan depan ada Vatin, salah satu murid paling pintar di kelas. Tapi hari ini ia terlihat murung. Saya tak akan menganggunya di kelas dihadapan teman-temannya, bisa jadi itu sensistif. Mungkin saya akan bicara sekedar ngobrol santai dengannya saat jam istirahat. Mood anak-anak ketika belajar memang sering berubah-ubah, mereka sering diserang Mood Swing.

Jadi saya memulai pelajaran "berat" akuntansi tentang jurnal penyesuaian perusahaan jasa, dengan sebuah game ringan untuk membantu memancing antusias Vatin dan siswa semua.

Apa sebenarnya mood swing

remaja yang mengalami mood swing sumber gambar-orami
remaja yang mengalami mood swing sumber gambar-orami

Bagi guru yang setiap hari berinteraksi dengan siswa tentu menjadi pengalaman yang biasa jika melihat kelas yang tidak antusias di pagi hari. Atau beberapa siswa menunjukkan mood yang tak nyaman untuk memulai belajar, dengan wajah murung, lelah atau sedih.

Saya sering berusaha memahami hal itu, karena setelah beberapa kali kunjungan ke rumah siswa "bermasalah" ternyata banyak hal diluar dugaan kita yang menjadi alasan dan penyebab mengapa beberapa siswa bermasalah di sekolah.

Masalah siswa itu juga sering menjadi pemicu timbulnya konflik antara siswa dan guru. Beberapa siswa bereaksi dengan membangkang dan memilih membolos atau tidak bersekolah dalam waktu lama dan mengabaikan teguran, setelah berkonflik dengan guru di kelas.

Beberapa guru kadangkala tidak memahami situasi dan kondisi siswa karena ketiadaan informasi dari BK atau tidak mendapat informasi yang valid langsung dari anak-anak yang bermasalah, sehingga saat berkomunikasi justru menjadi konflik baru.

Maka tak heran jika ada beberapa kasus muncul di sekolah seperti perkelahian siswa, konflik kekerasan guru dan murid, bahkan guru dan orang tua siswa.

Anak murung dan menyendiri di kelas-sumber gambar-alodokter
Anak murung dan menyendiri di kelas-sumber gambar-alodokter

Mood swing sebenarnya wujud dari perubahan emosi yang tiba-tiba yang sering terjadi pada siswa dan remaja pada umumnya. Perubahan ini bisa mempengaruhi keseimbangan emosional mereka, memengaruhi motivasi dan prestasi sekolahnya.

Jadi jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, tentu saja berkaitan dengan perubahan emosi para siswa saat belajar di ruang kelas dan bersosialisasi di sekolah.

Bagaimana cara para guru menghadapi mood swing siswa, tentu saja harus dengan cara dan pendekatan yang persuasif, apalagi kita tak mengetahui apa masalah sebenarnya yang dihadapi para siswa. Bisa jadi persoalan ekonomi, konflik keluarga, konflik dengan teman atau mungkin juga bullying atau perundungan yang berbaur dengan banyak masalah lain di sekolah.

Dengan memahami masalah di balik mood swing para siswa, kita bisa memberikan dukungan yang tepat, untuk mendorong prestasi siswa di kelas atau dalam lingkungan belajar mereka.

Memahami Penyebab Mood Swing

mood swing anak sedang buruk-sumber gambar-fimela
mood swing anak sedang buruk-sumber gambar-fimela

Dengan melakukan kunjungan ke rumah siswa bermasalah, atau melakukan komunikasi seperti obrolan ringan dan santai di sela waktu sekolah atau kegiatan sekolah, kita bisa mengorek informasi untuk memahami penyebab mood swing siswa.

Mood swing sering kali ada hubungannya dengan perubahan hormonal dan fisik yang terjadi selama masa remaja. Selain itu, tekanan akademik, tekanan sosial, masalah keluarga, atau gangguan emosional juga dapat mempengaruhi perubahan suasana hati siswa.

Dengan memahami dan mengenali penyebab mood swing, kita dapat lebih sensitif terhadap perubahan emosional siswa dan memberikan dukungan yang tepat. Seperti kasus Vatin, bukan tidak mungkin jika itu ternyata hanya karena rutinitas perubahan hormonal (siklus menstruasi) yang lazim dialami para siswi setiap bulannya.

Bahkan dalam kasus tertentu, memahami mood swing para siswa juga bisa membongkar kasus adanya kekerasan di sekolah (bullying), konflik dengan guru atau orang tua, yang mungkin bisa di atasi atau dibantu penyelesaiannya oleh guru atau sekolah-dan bahkan bisa ke ranah hukum penyelesaiannya.

Dibutuhkan pendekatan yang persuasive dan mungkin personal untuk menjembatani agar komunikasi bisa berjalan dengan baik

Pendekatan Empati dan Komunikasi Terbuka

berbaur dan berdiskusi bersama siswa di SMAN 5 Banda Aceh dengan santai dan menyenangkan- sumber gambar-dokumentasi pribadi
berbaur dan berdiskusi bersama siswa di SMAN 5 Banda Aceh dengan santai dan menyenangkan- sumber gambar-dokumentasi pribadi

Pilihan ini mungkin bentuk pendekatan yang paling efektif dalam menghadapi mood swing siswa,  melalui empati dan komunikasi terbuka. Penting bagi sekolah dan para guru dikelas untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, baik di luar maupun di dalam kelas, apalagi ketika proses pembelajaran agar siswa merasa nyaman berbicara tentang perasaan mereka.

Mendengarkan dengan penuh perhatian, mengakui perasaan mereka, dan memberikan dukungan emosional dapat membantu siswa merasa didengar dan dipahami. Komunikasi yang terbuka dan jujur bisa membantu memecahkan masalah sebagai penyebab mood swing-nya.

Saya pernah mendapati kasus yang sedikit unik, ketika salah seorang siswi begitu perhatian dengan saya dikelas. Di kemudian hari dari obrolan kami berdua, saya tahu jika ia hanya butuh perhatian dari sosok seorang ibu. Jadi ia meminta izin memanggail saya "bunda", sesederhana itulah masalah yang membuat mood swing-nya buruk di sekolah.

Membangun Hubungan Baik dengan Siswa

Ketika pelajaran usai, saya meminta seorang siswa yang paling ribut di kelas hari itu, untuk membantu membawakan tumpukan buku pekerjaan rumah ke ruang wali kelas. Sepanjang perjalanan melintasi halaman tengah sekolah menuju ruang itu, kami mengobrol.

Menanyakan kabar, menanyakan selentingan isu jika berpacaran dengan adik kelas, dan banyak lainnya. Ajaibnya, sikapnya tiba-tiba berubah saat saya masuk ke kelas keesokan harinya. Saya menduga karena obrolah "rahasia" kami.

Membangun hubungan yang kuat dengan siswa juga merupakan langkah penting ketika seorang guru menghadapi mood swing. Siswa perlu merasa terhubung dengan para guru dan juga staf di sekolahnya,  sehingga mereka merasa didukung dan berharga.

Dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, dan komunikasi di luar kelas bisa memberikan umpan balik positif, dan menunjukkan minat pada kondisi mereka di luar sekolah. Ketika siswa merasa memiliki hubungan yang positif dengan lingkungan belajar, mereka cenderung lebih termotivasi dan mampu mengatasi mood swing dengan lebih baik.

Mengembangkan Cara Mengelola Emosi

Bagian penting yang harus dipahami oleh para guru dan pihak sekolah adalah bagaimana menghadapi mood swing siswa dengan  mengajarkan mereka cara  mengelolan emosi yang sehat.

Pendekatan guru yang mengajarkan bagaimana bereaksi dengan siswa ketika terlibat konflik juga menjadi contoh, bagaimana anak bersikap ketika menghadapi masalah. Guru yang cenderung bijak, tidak bersikeras dengan anak bermasalah, bisa menjadi pemicu redanya emosi.

Bahkan jika memungkinkan guru bisa mengajarkan teknik relaksasi seperti menggunakan ice breaking-memainkan game ringan, untuk membantu siswa mengatasi stres atau kecemasan saat belajar.

Begitu juga dengan mendorong dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan fisik, seni, atau olahraga dalam pelakajran eskul juga dapat membantu mereka mengeluarkan emosi dengan cara yang positif dan mengurangi kemungkinan mood swing yang berkepanjangan.

Mendorong Keterlibatan Sosial dan Keberhasilan Akademik

bersama siswa di kelas eskul di halaman sekolah-sumber gambar-dokumentasi pribadi
bersama siswa di kelas eskul di halaman sekolah-sumber gambar-dokumentasi pribadi

Jika kita bisa mengetahui passion para siswa, kita bisa saja mengajaknya terlibat dalam aktifitas sekolah seperti lomba yagn bisa memancing gairahnya untuk belajar atau menyalurkan bakatnya.

Mood swing sering kali dapat mempengaruhi motivasi dan kinerja akademik siswa. Dalam menghadapinya, penting untuk mendorong keterlibatan sosial dan pencapaian akademik yang positif.

Melibatkan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, mendukung partisipasi mereka dalam proyek atau kompetisi, dan memberikan penghargaan atas prestasi mereka bisa meningkatkan motivasi dan rasa pencapaian diri. Dengan memberikan kesempatan untuk sukses, siswa cenderung merasa lebih termotivasi dan mengatasi mood swing mereka dengan lebih baik.

Jadi benar bahwa peran serorang guru tak hanya mengajarkan baca tulis dan berhitung, tapi juga ikut membangun mental positifnya.

Guru bertugas memandu, membimbing, mendukung agar anak mengembangkan dan melahirkan pengetahuannya sendiri.

Membangun Resiliensi Atasi Mood Swing

melakukan pendekatan dengan siswa-berdiskusi memecahkan masalah-sumber gambar dokumentasi pribadi
melakukan pendekatan dengan siswa-berdiskusi memecahkan masalah-sumber gambar dokumentasi pribadi

Membangun resiliensi emosional sebenarnya berkaitan dengan cara untuk mengembangkan kemampuan seorang siswa ketika mengatasi masalah emosional dan stresnya dengan cara yang sehat dan adaptif. 

Resiliensi emosional melibatkan kemampuan mengelola emosi dengan baik, ketika menghadapi ketidakpastian, mengatasi kegagalan, dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

Membangun resiliensi emosional bukan berarti tidak mengalami emosi negatif atau menghindari tantangan. Sebaliknya, justru melibatkan pengembangan kemampuan dan dukungan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dan tumbuh melalui pengalaman tersebut.

Dan membangun resiliensi emosional juga melibatkan beberapa hal penting;

Kesadaran Emosi: Memahami dan mengenali emosi yang dirasakan, termasuk kesedihan, kemarahan, kecemasan, dan frustrasi. Dengan kesadaran emosi itu siswa bisa mengelola emosi dengan lebih baik dan bisa membuat keputusan yang positif.

Positif Thinking: Ketika menghadapi tantangan harus bisa membangun keyakinan dan pandangan positif untuk dirinya sendiri. Ini akan melatih dan melibatkan kemampuan untuk mencari sisi baik dan ahrapan yang positif dalam situasi sulit.

Hubungan Sosial yang Kuat: Memiliki dukungan sosial yang baik dan hubungan yang sehat dengan keluarga, teman, dan guru bisa memberikan dukungan emosional untuk membantu mengatasi masalah.

Problem Solving, harus didukung kemampuan bisa mengidentifikasi masalah, memikirkan cara menyelesaikan masalah dan mengambil tindakan yang tepat.

Dan dukungan seorang guru, membantu siswa membangun resiliensi emosional berarti membantu mereka mengembangkan keterampilan dan cara mengatasi tekanan akademik, konflik sosial, kegagalan, atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan sekolah. Sehingga siswa lebih siap dan mampu mengatasi tantangandan tetap fokus pada pencapaian prestasi di sekolah.

Tantangan Tugas Guru

berdiskusi di kelas bersama siswa di SMAN 5 Banda aceh-sumber gambar-dokumen pribadi
berdiskusi di kelas bersama siswa di SMAN 5 Banda aceh-sumber gambar-dokumen pribadi

Di era kekinian guru-guru dituntut dengan berbagai standar tinggi dengan penilaian yang diukur. Dan seperti dikemukakan Giroux (1988) dalam Teachers as Intellectuals: Toward a Critical Pedagogy of Learning sudah mengingatkan bahwa para guru di sekolah juga "terancam" oleh pendekatan pendidikan yang lebih fokus pada hal bersifat teknis daripada mentalitas.

Padahal guru harus bertanggung jawab dengan apa yang mereka ajarkan, bagaimana harus mengajar, dan apa tujuan besar yang mereka harapkan untuk keberhasilan siswanya.

Dalam Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Kemdikbud, 2018), Pemerintah juga berharap siswa bisa meraih ragam kompetensi, seperti berpikir kritis (criticial thinking), kreatif, dan inovatif, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, dan kepercayaan diri. Semua itu merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Dan guru menjadi perantara menuju target itu.

Bahkan jika kita merujuk pada Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024, agar siswa bisa berhasil di lingkungan kerja masa depan, ada enam profil Pelajar Pancasila yang harus ditumbuhkembangkan, yakni berkebinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, mandiri, serta beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.

Sehingga seperti disampaikan Saifer (2018) dalam buku HOT Skills: Developing Higher-Order Thinking in Young Learners, para guru setidaknya punya dua kapasitas yang harus diajarkan kepada para siswanya.

Pertama, critical thinking, bagaimana cara berpikir jernih dan akurat, belajar untuk memahami, menentukan kebenaran informasi dan melihat tak sekedar yang tampak di permukaan, tapi juga memahami arti disebaliknya. Seperti memahami materi pembukuan dasar dalam akuntansi untuk kehidupan bisnis di dunia nyata.

Kedua, creative thinking yang tentu saja berkaitan dengan kemampuan berkreasi, memahami teori, dan bagaimana mengaplikasikannya dalam pembelajaran, serta bagaimana menggunakan atau mungkin menciptakan metode, atau pola belajar yang lebih baik.

Sehingga tantangan menjadi guru itu tidak sederhana dan tidak mudah, sekedar mengajar dan metransformasi atau membagi ilmunya. Lebih dari itu, harus menghadapi mood swing siswa sebagai tantangan yang kompleks saja sudah merupakan masalah tersendiri.

Para guru harus berinisiatif secara kreatif dan cerdas melalui pendekatan yang tepat, agar dapat memahami masalah yang dihadapi para siswa dan mendorong prestasi siswa dalam lingkungan belajar.

Dengan memahami penyebab mood swing, berkomunikasi dengan empati, membangun koneksi dengan siswa, mengembangkan strategi pengelolaan emosi, serta mendorong keterlibatan sosial dan keberhasilan akademik.

Setidaknya para guru bisa membantu siswa mengatasi mood swing mereka dan meraih potensi mereka dalam belajar dan kehidupan. Semoga bermanfaat menjadi jembatan komunikasi kita sebagai guru dan semua siswa kita.

referensi;1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun