Mood swing sering kali dapat mempengaruhi motivasi dan kinerja akademik siswa. Dalam menghadapinya, penting untuk mendorong keterlibatan sosial dan pencapaian akademik yang positif.
Melibatkan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, mendukung partisipasi mereka dalam proyek atau kompetisi, dan memberikan penghargaan atas prestasi mereka bisa meningkatkan motivasi dan rasa pencapaian diri. Dengan memberikan kesempatan untuk sukses, siswa cenderung merasa lebih termotivasi dan mengatasi mood swing mereka dengan lebih baik.
Jadi benar bahwa peran serorang guru tak hanya mengajarkan baca tulis dan berhitung, tapi juga ikut membangun mental positifnya.
Guru bertugas memandu, membimbing, mendukung agar anak mengembangkan dan melahirkan pengetahuannya sendiri.
Membangun Resiliensi Atasi Mood Swing
Membangun resiliensi emosional sebenarnya berkaitan dengan cara untuk mengembangkan kemampuan seorang siswa ketika mengatasi masalah emosional dan stresnya dengan cara yang sehat dan adaptif.Â
Resiliensi emosional melibatkan kemampuan mengelola emosi dengan baik, ketika menghadapi ketidakpastian, mengatasi kegagalan, dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
Membangun resiliensi emosional bukan berarti tidak mengalami emosi negatif atau menghindari tantangan. Sebaliknya, justru melibatkan pengembangan kemampuan dan dukungan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dan tumbuh melalui pengalaman tersebut.
Dan membangun resiliensi emosional juga melibatkan beberapa hal penting;
Kesadaran Emosi: Memahami dan mengenali emosi yang dirasakan, termasuk kesedihan, kemarahan, kecemasan, dan frustrasi. Dengan kesadaran emosi itu siswa bisa mengelola emosi dengan lebih baik dan bisa membuat keputusan yang positif.
Positif Thinking: Ketika menghadapi tantangan harus bisa membangun keyakinan dan pandangan positif untuk dirinya sendiri. Ini akan melatih dan melibatkan kemampuan untuk mencari sisi baik dan ahrapan yang positif dalam situasi sulit.