Sebab selain berbicara, anak-anak juga mengekspresikan emosi melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan tindakan mereka. Orang tua harus belajar membaca tanda-tanda ini agar lebih mudah memahami apa yang anak rasakan dan memberikan respon yang sesuai.
Secara tidak langsung tindakan tersebut bisa membantu orang tua mengidentifikasi dan mengartikan perasaan anak-anak mereka dengan lebih baik.
Anak yang cenderung  diabaikan, merasa bahwa oran tuanya tak bisa dijadikan tempat untuk mengadu setiap kali mendapat masalah diluar.
Membangun Komunikasi Terbuka dan empati
Sebagai bentuk komunikasi yang interaktif antara orang tua dan anak, orang tua harus menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana anak merasa nyaman berbagi pikiran, perasaan, dan masalah yang mereka hadapi.
Apalagi dengan begitu kompleksnya masalah yang dihadapi anak di sekolah atau di luar rumah, sehingga jalinan komunikasi yang baik dengan anak untuk mendengarkan keluhannya, memberikan dukungan, dapat membantu mereka menemukan solusi yang tepat.
Dulu kita bisa merasakan manfaatnya ketika kita bisa makan bersama di satu meja makan yang sama. Ketika anak-anak bercerita tentang kejadian yang mereka alami dan kita menjadi pendengarnya. Dengan cara itu anak-anak merasa orang tuanya selalu "ada" untuk mereka.
Mengajarkan Keterampilan atau kemandirian Mengatasi Masalah
Meskipun kita sebagai orang tua akan selalu ada mendukung anak, membelanya apapun yang terjadi, namun orang tua juga bisa membantu anak mengembangkan keterampilan mengatasi masalah yang efektif.
Paling tidak ketika menghadapi masalah disekolah, kita tak selalu memposisikan sebagai orang yang selalu bisa menyelesaikan masalah. Seperti umumnya, jika anak berkelahi, lantas orang tuanya akan membela membabi buta,sehingga anak merasa manja.
Dalam menghadapi masalah di sekolah atau di luar rumah, anak perlu belajar bagaimana mengidentifikasi masalah, mengevaluasi pilihan yang ada, dan memilih solusi yang tepat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!