Orang tua bisa memberikan contoh atau cara yang sehat dan tepat untuk mengekspresikan emosi, ketika mengatasi masalah sehari-hari, agar anak belajar berpikir kritis, dan bisa belajar mengambil tanggung jawab atas keputusan mereka sendiri, tanpa melampiaskannya dengan cara yang negatif. Dengan keterampilan ini, anak akan merasa lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan dan mengelola emosi mereka dengan lebih baik.
Mengatur Lingkungan yang Mendukung
Bentuk dukungan agar anak belajar bertanggungjawab atas masalah yang mereka hadapi adalah dengan membuat lingkungan di rumah dan di sekolah ikut mendukung mereka dalam mengelola emosi anak.
Jika dirumah anak merasa mendapat  mendukung dan positif dari orang tua di rumah, anak akan merasa diterima, dan dihargai. Begitu juga ketika orang tua bisa berkomunikasi dengan guru dan staf sekolah untuk memastikan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak.  Dengan sesekali menanyakan kabar anak, perilaku anak, kemungkinan adanya gangguan atau masala, bisa kita deteksi keadaan anak kita.
Tidak itu saja, peran orang tua menjaga kestabilan emosi anak juga perlu melibatkan kedisiplinan ketika mengatur rutinitas agar konsisten, termasuk waktu tidur yang cukup, dan pola makan sehat. Dengan memiliki pola kepribadian baik, dimulai dari diri sendiri.
Mengajarkan Strategi Regulasi Emosi
Mengapa penting adanya aturan main mengatur emosi?. Regulasi emosi penting diajarkan kepada anak untuk membantu anak mengembangkan aturan tentang emosi yang positif. Bahkan untuk hal-hal yang sangat teknis seperti teknik pernapasan, meditasi, olahraga, atau kegiatan kreatif juga perlu diajarkan. Dengan mengenali emosi-emosi yang berbeda, mereka juga belajar bagaimana cara mengelola mereka dengan cara yang sehat dan konstruktif.
Hindari Hukuman Berlebihan
Ketika anak menghadapi masalah di sekolah atau di luar rumah, hindari memberikan hukuman berlebihan sebagai reaksi. Alih-alih, gunakan kesempatan ini sebagai momen pembelajaran. Ajak anak berbicara tentang tindakan mereka dan bersama-sama cari solusi yang lebih baik untuk mengatasi masalah di masa depan.Â
Dalam banyak pengalaman, anak yang berperilaku "jahat" ternyata juga karena "belajar" dari kekerasan yang diterimanya di rumah, dari rasa takut yang dirasakan dan kemudian mempraktikannya kepada orang lain di luar rumah.
Keberadaan fungsi afektif keluarga menjadi "kebutuhan" ketika keluarga berusaha menjaga harmonisasinya, membantu anak mengelola kesehatan emosionalnya, ketika menghadapi begitu banyak masalah di sekolah dan di luar rumahnya.
Mengelola emosi anak memang tidak mudah, membutuhkan kesabaran, perhatian, dan kesediaan untuk mendengarkan.Â
Orang tua yang sering berkomunikasi dengan anak secara terbuka, memberikan dukungan emosional, dan membantu anak mengembangkan keterampilan emosional akan memberi dampak positif membantu anak tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional.Â