Bunga gerbera dan mawar mengisi petak dengan indah. Bunga gerbera berwarna pink dan kuning. Bunga mawar berwarna merah tua. Seikat bunga gerbera itulah yang sering diberikan sebagai hadiah untuk ibu guru.
"Belajar yang rajin ya anak-anak," masih terngiang nasihat almarhum ibu kepada aku dan kakak-adikku, "ayah ibu akan bangga kalau anak-anak menjadi pintar."
Itulah harapan ibu terhadap anak-anaknya. Aku selalu mengikuti nasihat ibu, untuk menjadi pintar. Aku menjadi tahu sesuatu yang tadinya aku tidak tahu. Semua pengetahuan itu aku dapatkan dari guru.Â
Saat aku sudah menjadi seorang ibu, aku mempunyai harapan  yang sama kepada anak-anakku. Aku merasakan jasa guru akan membuan anak-anak menjadi pintar. Jadilah aku seperti almarhum ibu, senang memberikan hadiah untuk guru. Juga seperti almarhum ibu, aku lebih luwes dalam memberikan hadiah untuk ibu guru.Â
Aku mengarungi rumah tangga dengan suami yang bukan bekerja di PG. Kami tinggal di kota. Halaman rumah kami tidak terlalu besar seperti rumah almarhum ayah ibu. Sebenarnya aku dan suami juga senang bercocok tanam, tetapi hanya beberapa jenis tanaman buah-buahan.
Saat melihat keberhasilan anak-anak, aku lebih senang memberikan hadiah untuk guru dengan cara membeli. Terkadang kue-kue, terkadang pernak-pernik penghias rumah.Â
Aku merasa wajar, memberi hadiah kepada guru. Aku memberi hadiah untuk guru, bukanlah agar anak-anak diberi nilai bagus. Bukan!Â
Akau ingin anak-anak menjadi pandai dari hasil belajar. Pemberian hadiah untuk guru adalah ungkapan terimakasih. Anak-anakku yang tadinya tidak tahu menjadi memiliki pengetahuan. Â Tanpa adanya guru tak mungkin anak-anak memiliku pengetahuan. Semuanya juga aku rasakan sejak aku dalam masa anak-anak.