"Lalu membuang pembalut setiap bulan, apakah tidak takut Dedemit, nduk?"
"Ah itu takhayul, mbok."
"Tapi kan mengotori lingkungan, menyumbat selokan biÄ·in banjir," kata si mbok lagi, "apakah tidak ingin mbok buatkan popok lagi?"
"Ah harus adaptif, mbok," kata si genduk.
"Coba dipikirkan, nduk," kata si mbok sambil menatap si genduk serius.
"Apa sebaiknya aku jadi ahli mengolah pembalut menjadi batu bata ya mbok," kata genduk, "Nanti bermanfaat untuk proyek normalisasi sungai yang sampai sekarang belum terlaksana."
Si mbok memeluk si genduk dengan hangat, "Semoga angan-angan kita jadi kenyataan.Â
Si genduk mengelus punggung si mbok. Ibunya yang sudah tua, sering berpendapat zaman dulu lebih baik daripada zaman sekarang.Â
Bumi Matkita,Â
Bandung, 16/12/2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H