Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bajing Makan Oliebollen

20 Oktober 2021   19:52 Diperbarui: 20 Oktober 2021   20:08 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain oleh Rini DST, menggunakan Canva.

Bajing adalah binatang mamalia kecil, yang memiliki panjang badan sepanjang 15-22,5 cm dan ekor 16-21 cm. Berat tubuh kecilnya 15-28 ons. Bulu badan dan ekor berwarna hitam. Ekornya yang diwut-diwut membuat bajing dianggap sebagai binatang mungil yang lucu. Padahal ... bajing adalah bangsa binatang yang merupakan hama.

Bajing binatang diurnal, yang berkegiatan pada siang hari. Itulah yang menyebabkan sering tampak bajing pada  halaman rumah luas yang penuh pepohonan. Mereka berlarian sambil berlompatan dengan senangnya.

Semua itu tampak sangat lucu dan menyenangkan, bagi sepasang kakek dan nenek yang sedang menikmati sarapan pagi. Bajing dengan bentuk yang lucu, melompat dari dahan jambu tetangga depan, ke daun pisang yang menjuntai ke jalan. Dengan lincahnya melompat lagi,  dan berlari sepanjang wuwungan tetangga samping.

  “Wah, rumah kita diserang rayap,” kata kakek suatu pagi

“Di mana Kek?” tanya nenek

“Lihat ini, banyak sekali rontokan kayu,” sambung kakek sambil menyapu di teras

“Oh, berarti yang terdengar kriyet-kriyet kemarin itu,” kata nenek lagi.

Nenek menghampiri teras, sambil merasa heran. Rasanya rayap tidak menghasilkan rontokan kayu sebesar-besar itu. Tetapi nenek enggan mengatakan apa yang sedang dipikir. Karena tidak melihat dengan persis sebenarnya apa yang terjadi.

Malahan berlanjut mendiskusikan bagaimana  menanggulangi serangan yang merontokkan banyak serpihan kayu di teras. Tampak banyak bagian usuk penyangga atap yang rabik-rabik. Kakek langsung memikirkan cara mengganti usuk. Sedangkan menurut nenek cukup dengan mengoles anti rayap. Lalu diberi dempul, agar tampak halus lagi. Dan selanjutnya dilakukan pengecatan agar warna menjadi indah seperti semula.

Setiap sarapan kekek dan nenek selalu gembira. Lidah mengecap dan menikmati sarapan yang dihidangkan nenek. Mata memandang menikmati bajing berlarian dan berlompatan dengan gembira. Mulut juga tak berhenti menceritakan tentang anak-anak yang kini sudah tidak tinggal serumah lagi.

Anak-anak yang dulu juga senang berlarian dan berlompatan bagaikan bajing. Walaupun kini tidak lagi tampak sehari-harinya, tetapi masih meninggalkan rasa gembira dalam kenangan kakek dan nenek.

“Katanya Tika dan keluarga akan pindah ke Bandung lagi,” kata nenek suatu hari.

“Suruhlah tinggal di rumah kita, ada banyak kamar kosong,” kata kakek ,”Bukankah sejak pandemi covid-19, kita sudah tidak menerima anak kos lagi.”

Nenek sudah mencoba menawarkan kepada anaknya untuk tinggal bersama-sama. Tetapi suami anaknya menolak dengan alasan privacy.

Nenek sebetulnya sedih atas penolakan tersebut. Tetapi langsung dikenangnya saat kakek menjabat tangan menantu di pelaminan. Nenek harus bisa menerima. Sejak saat anaknya mengawali menyatakan ikrar pernikahan anaknya bersama suami. Sekaligus merupakan ikrar kakek melepaskan anaknya kepada seseorang yang menjadi suami anaknya.

Dalam rangka pindahan, pengurusan kantor baru dan mencari rumah kontrakan, anaknya, yang merupakan cucu kakek dan nenek,  sering ditinggalkan bersama kakek dan nenek. Tentu itu membuat kakek dan nenek senang.

“Sibuk apa pagi-pagi begini?” tanya kakek melihat nenek sibuk di dapur.

“Aku mau bikin oliebollen untuk sarapan bersama Laras,” jawab nenek yang ingin menyambut kebersamaan dengan cucunya secara gembira.

“Apa itu oliebollen?” tanya kakek, “Rasanya sepanjang kehidupan kita nenek belum pernah bikin oliebollen.”

“Itu jajanan Belanda,” jawab nenek yang dilanjutkan, “Kalau di Bandung ya ... odading gitu lah.”

“Wah pasti asyik,” kata kakek yang menjadi ikut gembira.

Nenek yang sudah tua, banyak pengalaman masak-memasak. Tampak asal-asalan dalam membuat oliebollen.

Nenek hanya teringat bagaimana uak pernah mengajarkan pada masa remaja nenek. Tepung terigu protein tinggi sebanyak 7 sendok makan munjung. Ragi, atau sekarang menggunakan fermipan sebanyak 1 sendok makan peres. Baking powder sebanyak 1 sendok tek peres. Beri kocokan 1 butir telur ayam, garam dan gula sedikit saja, susu 50 cc dan air secukupnya.

Maksudnya cukup, bila diaduk tidak keras pun tidak encer. Nah ... lengket-lengket begitu. Setelah dibiarkan dulu kira-kira sejam, lalu diberi kismis atau masisan buah lain. Seberapa banyak pemberiannya sangat tergantung selera.

Nenek menggunakan kismis, kegemaran cucunya Laras yang manis.

Oliebolen tidak perlu dicetak dengan susah payah.

Cukup ambil dengan sendok kayu dan dorong dengan sendok makan.

Ceburkan dalam minyak panas, akan membentuk sendiri menjadi bulat.

Setelah berwarna coklat dan mengambang, itulah tanda sudah matang.

Biasanya oliebollen disantap dengan taburan gula halus. Tetapi dalam rangka menyambut cucunya Laras, nenek-kakek-Laras menikmatinya dengan menyiram dangan madu.

“Kriyet-kriyet,”terdengar suara itu yang mengganggu nikmatnya sarapan bersama cucu.

Nenek segera mengintip ke teras. Benar, teras telah penuh serpihan kayu. Suara masih ada terus. Nenek mendekat ke pintu yang tentunya masih tertutup. Melalui jendela kaca nenek menengadah ke atas.

“Aduh, kek,” seru nenek yang membuat kakek dan Laras terkejut.

“Ada apa?” tanya kakek sambil berjalan ke arah teras juga.

“Itu, lihatlah ekornya,” kata nenek.

“Ternyata ... bajing yang merusak usuk rumah kita,” kata kakek

“Aduuhh,” kata nenek sambil memegang kepalanya dengan wajah sedih seakan mau menangis.

Mereka berdua, tetap diam dibalik jendela. Tampak bajing lari menyusuri usuk dan balok kayu, berlari kembali ke kebun. Terus lari ke daun pisang. dan melompat ke dahan jambu tetangga seberang.

“Bajing makan oliebollen,” terdengar suara di belakang kakek dan nenek.

Ternyata Laras ikut memperhatikan dari belakang mereka. Sambil memegang dan menyantap olliebollen tanpa saus madu.

Laras menyebut dirinya sebagai bajing yang sedang makan oliebollen. Lucunya Laras membuat sirna kesedihan nenek. Mereka tersenyum, sambil mengelus kepala cucunya. Kehadiran cucu merupakan kebahagiaan yang luar biasa bagi sepasang kakek dan nenek.

Bumi Matkita,

Bandung, 20/10/2021

Rini DST.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun