Ingin rasa menyenangkan? Cukup ikut saja.
Minggu pagi tatkala gelap masih pekat. Mata sudah  enggan terkatup lagi, banyak rasa beterbangan di alam pikir. Ada yang menyenangkan. Ada yang membuat sedih. Ah ... nanti juga akan berubah. Ikut kata hati saja, biar berputar selama kehidupan masih setia menjadi selimut tubuh.
Azan subuh terdengar memanggil. Untuk menghadapkan jiwa dan raga kepada ilahi. Mang Koko, muazin setia masjid terdekat sangat indah dalam nada dan makna yang diserukan. Membuat irama hati, ikut memanjatkan doa dan harapan.Â
Aku beranjak dari tempat aku berdiam sejak tadi, mengambil air wudu penyuci diri sebelum bersujud bersyukur atas rasa senang, berkeluh atas rasa sedih. Sungguh sangat menyenangkan dengan cukup ikut, karena aku cinta pada Mu.
Bukankah semalam aku sudah berjanji. Untuk ikut cucu menikmati bersepeda. Pada pagi hari yang yang menyenangkan, dengan mata tanpa berkedip.
Pandemi covid-19 memang sudah terlalu panjang. Tak pernah ada yang menyangka, masker menjadi bagian fesyen bagi laki-laki dan perempuan. Tua dan muda, bahkan balita. Setia ikut protokol kesehatan.
Jantung terasa mendetak mengocok alam pikir, mengapa Sang Maha Kuasa menetapkan suasana harus begini. Semua harus sanggup ikut menyesuai dengan tata cara covid-19.
Ada yang ekstra hati-hati, sejak awal pandemi covid-19. Tiba-riba harus menerima geruduk keluarga bertamu, terjadi pada siang kemarin. Terpaksa ikut longgarkan jiwa.
Dilanjutkan merencanakan  ikut cucu tercinta bergembira bersepeda.
Tutup gawai sepanjang hari, kuatkan berhenti sehari mengintip berita viral. Undur diri dari pekatnya rasa kalut akibat pandemi. Ikut suasana menggembirakan dan bergembira bersama cucu.
Siraman sejuk menggelora dalam ruang yang sudah lama terlalu sempit. Teraduk dalam arus bersama masyarakat terlalu luas. Melalui ruang sangat sempit serba virtual. Agar selalu ikut kancah semu merdu.Â
Cucu polos membuka tabir yang telah sangat lama tertutup gundukan virus covid-19. Entah mengenali secara benar, atau hanya samar-samar tentang apa makna pandemi covid-19. Semua yang lebih dewasa di sekitarnya, ikhlas ikut mengusir rasa jenuh. Demi cucu tetap tumbuh.
Riang gembira, tatkala mendengar suara derap kecil yang mengayuh kencang sepeda di alam terbuka. Ikut tiupan angin hangat kuning melangsat.
Belok ke kanan, belok ke kiri dengan merdeka. Asalkan tetap tertib sesuai budaya kehidupan dalam rambu pengaman fleksibel yang sangat luas. Ikut garis melingkar, sebagai batas yang terajut sempurna.
Sungguh indah ikut cucu bersepeda. Hampir lupa segala yang membuat sedih. Walaupun nyatanya tak mungkin. Karena tetap akan silih berganti, ada gembira ada sedih. Hari demi hari, dalam sebuah diary yang tercatat dengan sejujurnya.
Bumi Matkita,
Bandung, 24/05/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H