Awalnya sebagai pemilik rumah kos, aku tidak merasa terlalu terganggu. Tapi makin lama seperti terasa terganggu.Â
Ditambah dengan adanya pandemi covid-19, aku benar-benar menutup usaha rumah kos.
Sekarang saat ekonomi sudah dibangkitkan dan sekolah sudah merencanakan tatap muka, banyak yang mencari rumah kos lagi.
Aku tetap menutup rumah kos, dengan alasan pertama memang karena pandemi covid-19 dan kedua masalah pekerja yang punya kerja sampingan.
Apa saja kerja sampingannya dan apa yang terasa mengganggu?
1. Menjual pulsa.
Gangguan yang ditimbulkan seringnya gawai berdering karena banyak pembeli pulsa. Jadi pekerjaan sering terhenti. Belum lagi bila ada gangguan gawai minta tolong kepada anak kos yang mahasiswa perguruan tinggi yang pintar-pintar. Terkadang membuat anak kos menjadi keluar.Â
2. Aktif berjualan online.
Dengan cara mengambil dari toko-toko online, jadi waktu di tempat kos digunakan untuk download gambar barang-barang yang akan dijual. Membersihkan rumah, mencuci dan setrika tak pernah lepas gawai. Belum lagi nanti gambar-gambar itu diberi latar belakang suasana rumah kos.
3. Aktif sebagai penyelengaraka arisan.
Paenah sih mengajak ibu kos, tapi ibu kos menolak. Tapi walaupun yang ikut orang lain dengan tanggung jawabnya sendiri, membuat suasana kurang menyenangkan. Bila ada cerita si ini atau si itu kesulitan membayar arisan, terasa kasihan. Bi Sumi yang diberi tahu jangan menyelenggarakan arisan, lagi tapi tetap saja sebagai penyelenggara arisan yang anggotanya makin dan makin banyak.Â