Karena ibunya khawatir Juli bunuh diri. Sedangkan mas Poer khawatir dia dibunuh. Ini bukti adanya rasa bersalah atas ghosting yang dia lakukan.
Hingga suatu malam, mas Poer memberanikan diri mendatangi Juli dengan alasan mengajak menemui tokoh agama tersebut.Â
Juli yang masih tenggelam dalam kesedihan mengikuti, dan Mas Poer berhasil menyelesaikan dan mengambil semua ijazah dan barang-barang penting yang dititipkan selama berpacaran dengan Juli.Â
Agar ghostingnya mulus dan tak menimbulkan kehebohan seperti ghosting yang dituduhkan kepada anak kepala negara tempat dia bermukim saat ini, mas Poer masih rajin menulis surat gombalnya tanpa pernah menampakkan diri secuil pun.
Senyum sumringah menyertai kehidupannya dalam mengendali permainan ghosting yang apik, karena belum ada medsos.Â
Sudah tekadnya!Â
Mas Poer masuk dalam kehidupan Juli melalui pintu depan, dan keluar dari pintu belakang.Â
Banyak orang mengatakan mas Poer pengecut, tapi tak apa menurutnya.Â
Terpaksa!
Tanpa ada rasa bersalah, dia tetap mendengar bisik-bisik yang membuatnya makin tinggi hati. Bahwa Juli selalu setia menunggu kedatangannya di pintu belakang itu.Â
*****