Saat menjalani kelas 2 SD itulah, ibuku meninggalkan kami semua. Kesulitan melahirkan adik terkecil, membuat ibuku pergi untuk selamanya. Hingga kini, aku sering merasakan kerinduan kepada ibuku.Â
Dendam terhadap pengalaman, membuat aku sekuat tenaga berusaha agar jangan terjadi pada anak-anakku. Aku ingin memberikan kepada anak-anak, Â suasana ibu sekolah pertamaku. Bahkan bukan hanya pertama, tetapi sampai terakhir selama Allah memberikan izin.
1. Doa.
Sesaat setelah kelahiran anak-anak, seorang ayah selalu mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri anak-anak. Dengan azan dan iqomah  menandakan ayah berdoa dan menjaga anak-anak sesuai dengan iman yang dimiliki.Â
Dilanjutkan dengan penyelesaian ari-ari anak-anak, yang dilakukan sendiri oleh ayah. Â Menurut ajaran ibunya, ari-ari dicuci bersih dan diletakkan dalam kendil kecil. Di dalam kendil disertakan secarik kertas bertuliskan ha-na-ca-ra-ka dengan huruf Jawa, yang aku tulis sendiri. Juga disertakan pensil pendek dan jarum, sebagai lambang harapan anak-anak akan cerdas literasi, numerasi dan keterampilan lain.Â
Ayah melempar kendil kecil ke sungai dengan arus deras, mengharap ari-ari mencapai samudra luas. Â Pencerminan keinginan kami, agar anak-anak mempunyai kesempatan belajar seluas-luasnya. Diawali dengan suasana yang selalu aku rindukan, Ibu sekolah pertamaku bagi anak-anakku.Â
2. Air Susu Ibu (ASI)
ASI merupakan sumber makanan yang pertama kali yang harus diberikan oleh seorang ibu kepada anak-anaknya. Kalau ada pepatah surga di bawah telapak kaki ibu, aku lanjutkan dengan dunia yang sehat ada di dalam air susu ibu.Â
Semua perempuan harus bangga menjadi seorang ibu, karena  memiliki surga di bawah telapak kaki dan dunia yang sehat di dalam air susu. Pemberian ASI kepada anak-anak, selain menyehatkan anak-anak, akan memberikan kebahagiaan tiada taranya bagi seorang ibu.Â
Tetapi seandainya ada gangguan dalam produksi ASI, sekarang sudah tersedia susu formula dengan berbagai kualitas. Aku pribadi lebih memilih susu formula, daripada harus memberikan ASI dari ibu lain kepada anak-anakku.Â
Rindu suasana ibu sekolah pertamaku, membuat aku tak ingin membiarkan anak-anakku menerima ASI dari orang lain.
3. Senyum.