Bersama ibu merupakan suatu masa indah yang akan selalu dirindukan. Baik bagi ibu, anak-anak dan seluruh keluarga, yang membuat semua orang akan memanfaatkan kesempatan bersama ibu sebaik-baiknya.
Bagi seorang yang tidak menjalani masa kecil bersama ibu, kerinduan suasana "Ibu sekolah pertamaku" bagaikan suatu rasa yang rindu-dendam . Karena itu bagi yang mengalami, manfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya.
Saat ini dunia sedang dilanda pandemi covid-19. Di Indonesia diawali pada bulan Februari 2020. Dan beberapa waktu lalu ada berita vaksinasi covid-19 sudah akan dilaksanakan pada bulan November tahun 2020.Â
Bagiku merupakan berita yang sangat mengejutkan, tetapi sampai saat aku membagi tulisan ini belum tampak ada seorang pun, atau sebuah daerah pun yang melaksanakan vaksinasi covid-19.Â
Pada tahun 1950, dunia juga dilanda pandemi polio. Katanya, pada tahun 1554 sudah ditemukan vaksin polio. Tetapi pada tahun 1955, aku terdampak polio. Akhirnya pada tahun 1962 barulah vaksin polio resmi beredar ke seluruh dunia. Semua negara yang menjalankan vaksinasi dengan sesuai aturan, terbebas dari polio.
Sulit untuk percaya, bahwa vaksinasi akan segera dilaksanakan. Lebih baik tetap jaga protokol kesehatan 3M, serta selalu mengonsumsi makanan sehat dan vitamin.
Saat aku terdampak polio, ayahku bekerja di pabrik gula (PG). Semua keluarga tinggal di perumahan PG, yang biasanya berada di kota kecil. Karena sulitnya pengobatan, ayah dan ibuku menitipkan aku di rumah nenek, ibunya ayahku yang tinggal di kota Malang. Aku dalam pengasuhan bibi, adik perempuan ayahku yang terkecil.Â
Aku mengawali sekolah pertama di sekolah YPAC, dengan pengelola sebuah Yayasan Pemelihahaan Anak Cacat (YPAC). Untuk tahun-tahun pertama, sekolah YPAC diselenggarakan di salah satu ruangan kantor pemerintah kota Malang, lama-lama barulah mempunyai gedung sendiri.
Liburan pertama dari sekolah YPAC, aku manfaatkan berlibur pulang ke rumah ibu dan ayahku. Aku merasa canggung selama masa liburan itu. Ayahku sering mengajak aku bermain sambil melatih kaki yang terdampak polio, tetapi aku hampir tak merasakan kehadiran ibuku.Â
Liburan habis, aku kembali sekolah ke Malang. Tetapi  bibi segera memindahkan aku ke sekolah umun, karena sekolah YPAC tidak memberikan buku laporan kenaikan kelas 1 menuju kelas 2 SD.Â
Saat menjalani kelas 2 SD itulah, ibuku meninggalkan kami semua. Kesulitan melahirkan adik terkecil, membuat ibuku pergi untuk selamanya. Hingga kini, aku sering merasakan kerinduan kepada ibuku.Â
Dendam terhadap pengalaman, membuat aku sekuat tenaga berusaha agar jangan terjadi pada anak-anakku. Aku ingin memberikan kepada anak-anak, Â suasana ibu sekolah pertamaku. Bahkan bukan hanya pertama, tetapi sampai terakhir selama Allah memberikan izin.
1. Doa.
Sesaat setelah kelahiran anak-anak, seorang ayah selalu mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri anak-anak. Dengan azan dan iqomah  menandakan ayah berdoa dan menjaga anak-anak sesuai dengan iman yang dimiliki.Â
Dilanjutkan dengan penyelesaian ari-ari anak-anak, yang dilakukan sendiri oleh ayah. Â Menurut ajaran ibunya, ari-ari dicuci bersih dan diletakkan dalam kendil kecil. Di dalam kendil disertakan secarik kertas bertuliskan ha-na-ca-ra-ka dengan huruf Jawa, yang aku tulis sendiri. Juga disertakan pensil pendek dan jarum, sebagai lambang harapan anak-anak akan cerdas literasi, numerasi dan keterampilan lain.Â
Ayah melempar kendil kecil ke sungai dengan arus deras, mengharap ari-ari mencapai samudra luas. Â Pencerminan keinginan kami, agar anak-anak mempunyai kesempatan belajar seluas-luasnya. Diawali dengan suasana yang selalu aku rindukan, Ibu sekolah pertamaku bagi anak-anakku.Â
2. Air Susu Ibu (ASI)
ASI merupakan sumber makanan yang pertama kali yang harus diberikan oleh seorang ibu kepada anak-anaknya. Kalau ada pepatah surga di bawah telapak kaki ibu, aku lanjutkan dengan dunia yang sehat ada di dalam air susu ibu.Â
Semua perempuan harus bangga menjadi seorang ibu, karena  memiliki surga di bawah telapak kaki dan dunia yang sehat di dalam air susu. Pemberian ASI kepada anak-anak, selain menyehatkan anak-anak, akan memberikan kebahagiaan tiada taranya bagi seorang ibu.Â
Tetapi seandainya ada gangguan dalam produksi ASI, sekarang sudah tersedia susu formula dengan berbagai kualitas. Aku pribadi lebih memilih susu formula, daripada harus memberikan ASI dari ibu lain kepada anak-anakku.Â
Rindu suasana ibu sekolah pertamaku, membuat aku tak ingin membiarkan anak-anakku menerima ASI dari orang lain.
3. Senyum.
Senyum adalah ajakan yang hampir setiap hari aku berikan kepada anak-anakku. Yang aku rasakan, dengan tersenyum aku bahagia. Semakin bahagia bila anak-anakku juga membalas dengan senyum. Artinya anak-anakku juga sedang bahagia.Â
Senyum merupakan kemampuan awal bagi bayi melakukan komunikasi, yang membuat semakin dekatnya hubungan seorang ibu dengan anak-anak.Â
Senyum juga merupakan ibadah, untuk menghindari caci maki buruk saat seseorang melakukan ibadah. Senyum merupakan pemberian indah tanpa harus mengeluarkan biaya. Makin sering digunakan, akan membuat suasana jiwa, raga dan sekeliling menjadi indah.
4. Bermain.
Kegiatan bermain bersama anak-anak, akan menggembirakan anak-anak dan ibu. Selain gembira, anak-anak melatih pertumbuhan dan kekuatan otot. Sedangkan seorang ibu belajar mengenali anak-anaknya.Â
Seperti dikatakan oleh anakku di whatsap (WA) tentang cucuku, Zaina,  yang tidak kidal. Sambil menyorotkan kamera video dan melempar bola ke  arah Zaina, tampaklah sebuah peragaan yang memberikan keyakinan Zaina tidak kidal.Â
Bila bola tertangkap tangan kanan, Zaina langsung melemparkan. Sedangkan bila bola tertangkap tangan kiri, Zaina memindahkan ke tangan kanan kemudian barulah melempar.
Sungguh video yang yang menyenangkan bagi seorang nini, tetapi tak semudah itu untuk dibagikan kepada orang lain. Takut dilakukan edit, atau digunakan untuk kepentingan yang tidak menyenangkan.Â
5. Activities of Dialy Living (ADL).
ADL merupakan materi pembelajaran resmi yang aku pelajari di YPAC sekolah pertamaku. Apa itu? Semua siswa diharapkan dapat melakukan berbagai kegiatan sendiri, sesedikit mungkin mengharapkan pertolongan orang lain.
Makan teratur dan rapi. Agar makanan tidak berceceran, dan tidak rakus.
Membersihkan tubuh sendiri. Agar bisa membaur baik dengan orang-orang yang tidak cacat. Walaupun ujung-ujungnya mereka yang tidak cacat sembarangan dalam melakukan hubungan tanpa memperhatikan kebersihan tubuh. Misalnya berselingkuh dengan sembarang orang.
Membersihkan lingkungan. Agar bisa memilih lingkungan bersih. Baik secara fisik, atau apa pun. Misalnya menghindari tindakan melanggar hukum pidana korupsi.Â
Menghindari yang berbahaya. Â Agar peka terhadap kejahatan yang dilakukan manusia, hewan, racun dan kerusakan alam yang lain. Juga kegiatan agama, tetapi yang bersifat radikal.
6. Bernyanyi.
Irama nyanyian akan membawa kegembiraan bagi seorang ibu dan anak-anak. Begitu juga dengan lirik nyanyian, tentunya khususnya lagu anak-anak, banyak mengandung nasihat.
Lagu yang pertama dinyanyikan anak-anakku saat mereka sudah masuk sekolah formal adalah lagu Kasih ibu karya  Mochtar Embut
Kasih ibu yang hanya memberi, tak ada ibu yang menyesali kasih yang telah diberikan kepada anak-anak. Kasih yang bagai matahari, membuat benderangnya kehidupan anak-anak.
7. Membaca a-e-i-o-u.
Selain mendongeng bebas, aku senang membacakan cerita dari sebuah buku. Agar sedini mungkin anak-anak mengetahui bahwa banyak keindahan dalam sebuah buku.
Aku dengar-dengar pada masa anak-anak kecil, tetapi aku tidak terlalu tahu tentang kebenarannya. Tidak disarankan mengajarkan anak-anak membaca dengan mengeja a-e-i-o-u--ba-be-bi-bo-bu dan seterusnya, dan seterusnya. Tetapi aku mengajarkan di Ibu sekolah pertamaku, bukan dalam sekolah formal milik pemerintah atau yayasan lain.Â
8. Menghitung Sedikit-Sedikit.
Menghitung sedikit-sedikit juga merupakan salah satu mata pelajaran di Ibu sekolah pertamaku. Maksudnya sedikit-sedikit, Â menggunakan alat hitung jari-jari tangan dan kaki saja.
Tetapi-tetapi hati-hatilah terhadap hitungan sederhana. Saat anakku sudah mulai masuk ke sekolah formal, ya masih sekitar TK dan SD. Karena ada waktu luang, aku mulai ikut-ikut suami mencari nafkah. Aku mengajarkan matematika secara privat kepada anak-anak yang membutuhkan.
Ada salah satu siswa yang kesulitan menghitung. Dan ... pada kelas 2 SD ternyata-ternyata dia tidak bisa menghitung mundur, ya pastilah susah untuk mengurangi walaupun menghitung sedikit-sedikit.  Harus dilatih  dengan perhatian, usaha dan waktu yang lebih.
Delapan mata pelajaran di Ibu sekolah pertamaku, membuat rindu-dendam kepada ibuku terlunasi. Dengan terus dan terus melaju hingga ibu sekolah terakhir buat anak-anakku, yang akan mengantar menjadi anak-anak Indonesia yang sehat, peka dan cerdas. Bahkan tidak berhenti, masih menyisakan harapan agar cucu-cucu juga merasakan Ibu sekolah pertamaku dari para ibunya.
Bumi Matkita,
Bandung, 19/11/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H