Kalau dilihat pada zamannya, beliau seorang komikus tekun.
Kalau dihihat pada zaman sekarang, beliau seorang visioner sejati.Â
"Siapa nini?" tanya Laras, cucu nini yang selalu pengin tahu.
"Raden Ahmad Kosasih," jawabku, "Bapak Komik Indonesia."
"Nini kenal dengan bapak Kosasih?" tanya Laras lagi.
"Tentu saja, hampir semua orang Indonesia mengenalnya," jawabku, "Laras juga harus mengenal, siapa itu Bapak Kosasih."
"Tapi Bapak Kosasih sudah tua, nini," kata Laras, "Harusnya teman nini dan engki saja."
Raden Ahmad Kosasih, yang lebih dikenal dengan RA Kosasih, secara umur sebaya dengan ayahku. RA Kosasih yang cocoknya sebagai uyut Laras, dilahirkan di Bogor, Â pada 14 April 1919. Dan seperti uyut, RA Kosasih sudah meninggal dunia. Bedanya uyut meninggal dunia pada tahun 1993, sedangkan RA Kosasih pada tahun 2012.
Pada masa kecilnya RA Kosasih gemar membaca potongan komik Tarzan yang didapatkan sebagai bungkus belanjaan ibunya yang pulang dari pasar. RA Kosasih menempuh pendidikan terakhir di HIS Pasundan, pada tahun 1932. Di sini mulai tertarik menggambar, karena gambar-gambar buku pelajaran pada zaman Belanda sangat menarik.Â
Orang tuanya yang masih terbilang ningrat, Raden Wiradikusuma dari Purwakarta dan ibu Sumami asli Bogor. Sebenarnya mereka masih sanggup membiayai anaknya meneruskan sekolah, tetapi RA Kosasih lebih memilih manganggur. Waktunya lebih sering digunakan untuk menonton wayang golek dan menggambar.
Tentunya RA Kosasih tidak diperkenankan orang tua menganggur terlalu lama, pada tahun 1939 RA Kosasih bekerja di museum Zoologi Bogor. Diterima sebagai juru gambar binatang dan tanaman yang ada di museum Zoologi untuk keperluan pendidikan.