Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Akhir yang Ikhlas

6 September 2020   21:14 Diperbarui: 20 September 2020   20:07 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mengambil beberapa obat dari kantong yang diberikan oleh seorang suster sesaat setelah mengetahui hasil tes swabnya positif. Diteguknya semua obat satu per satu. Idan memang sudah sangat pintar mengurus diri dan rumah, yang membuatnya memilih isolasi mandiri di rumah. Mandiri dan sendiri di rumah membuat Idan merasa semakin hari semakin mensyukuri hidupnya yang sangat indah bersama Nara. Tak dapat dibayangkan, bagaimana menjalani hari-hari selanjutnya tanpa Nara.

Segera diangkatnya gawai yang berdering, yang terletak disampingnya. Suara seorang suster diujung sana, memberitahukan jadwal tes swab yang harus dijalankan  oleh Idan. 

"Kalau tes besok hasilnya negatif, artinya bapak sudah sembuh," suster melanjutkan, "karena tes yang  lalu sudah negatif."

"Terima kasih suster, semoga saya bisa sembuh," jawab Idan.

"Kalau bapak sudah sembuh, bisa membawa anak Inara pulang," sambung suster lagi, "tetapi kalau hasil tes bapak positif lagi, harus ada saudara yang bisa membawa pulang anak Inara."

"Baik suster," jawab Idan. 

Zaidan sudah sangat rindu kepada anaknya yang lahir dengan selamat. Sebuah keajaiban, yang merupakan anugerah yang akan dijaga dengan baik bila Allah memberinya kesempatan hidup. 

Segera Zaidan menghubungi ibunya yang sekarang tinggal di Sumedang. Disampaikannya niat untuk membawa putrinya ke Sumedang, untuk  tinggal  bersama ibu. Apalagi hotel tempat Idan bekerja, sudah merumahkan dirinya sejak merebaknya pandemi covid-19. 

Ibu memang sering meminta Idan untuk menggarap sawah. Bahkan ibu mengharapkan Idan mau membawa Nara hidup di Sumedang. Ibu juga sering mengeluhkan betapa hasil panen tidak sebagus dulu, saat sebelum ayah wafat. 

Saat aki dan ayah masih hidup. Menurut ibu,ada syarat yang harus dilakukan agar hasil sawah bagus. Baik Aki dan ayah, juga Idan, harus  mencuci alat kelamin di pancuran air yang airnya mengalir untuk irigasi seluruh sawah.  Agar Dewi penunggu padi menjadi bahagia. 

Idan beranjak menuju kamar yang menjadi kenangan indah bersama Nara. Disiapkannya semua perlengkpan yang akan dikenakan besok untuk tes swab di rumah sakit. Seperangkat baju yang bagus, masker, face shield dan hand sanitzer. Dipilihnya masker yang penah dibeli dari rekan sesama alumni. Yang bertuliskan Fakultas Pertanian.

Walaupun Idan seorang sarjana Pertanian, kebiasaan aki dan ayah mebahagiakan Dewi penunggu padi itulah yang membuatnya enggan  menggarap sawah ibunya. Tapi itu dulu, kini Idan sedang memikirkan untuk mengolah sawah milik ibunya dengan teknologi yang hi-tek. Dan tentunya sambil membawa putrinya hidup bahagia di lingkungan hamparan sawah indah milik neneknya. 

Idan bertekad memulai yang baru dari sebuah akhir sudah pernah dijalani dengan penuh keikhlasan. Bersama ibu dan putrinya akan berjuang menghadapi pandemi covid-19 yang telah merenggut istrinya. Mungkin dengan menggarap sawah ibu dengan baik, Idan bisa mengalahkan berbagai dampak terjadi dengan adanya pandemi covid-19

Bumi Matkita, 

Bandung, 06/09/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun