Matanya menyisir area kedatangan bandara. Mengalihkan pandangan ke arloji di tangannya, kembali ke barisan penjemput. Menyelisik satu per satu. Seseorang mengacungkan kertas bertulis nama, Duyen.Â
Ya, itu namanya, singkat dan unik. Duyen dalam bahasa Vietnam, artinya perempuan yang kharismatik.
Pria yang menggunakan masker dan kepalanya tertutup topi itu, lalu bertanya dengan bahasa Inggris yang baik saat gadis itu mendekatinya.
"Please ...."
Duyen mengikutinya ke luar area kedatangan bandara. Tanpa sengaja mata sipitnya tiba-tiba menangkap pergerakan makhluk berjakun lain tengah berjalan menyeberang. Dari samping postur tubuhnya mengingatkan pada seseorang yang sejak lama dia cari. Sontak mata Duyen melebar.
"Bao Due ...," bisiknya lirih. Dia berusaha mengejar dan mulutnya terus meneriakinya. Pria itu tak bergeming, namun Duyen terus mengejar. Sayangnya, pria itu berjalan lebih cepat darinya. Langkah gadis itu terhalang taksi yang lewat. Duyen mengutuk. Dia terus mengejar, lalu tiba-tiba berhenti di parkiran blok 2. Matanya berkeliling memindai mobil-mobil yang terparkir. Nihil. Dia kehilangan jejak.
"Miss ...." Tiba-tiba pria bertopi yang tadi menjemput berlari mendekat. Napasnya naik turun. Dia terlihat panik. "Mbak kok lari?"
"Oh, maaf. Saya melihat Bao, tadi." Gadis itu memberi alasan.
"Bao? Who?"
Duyen tersadar. Menceritakan siapa pria itu saat ini, di area parkir yang terbuka dari paparan matahari, bukan waktu yang tepat. Panas. Ya, Batam memang panas. Dan Duyen tidak ingin kulitnya menggelap.
"Let's, go." Duyen menghela napas. "To Galang Island."