Tak ayal lagi, punggung Noni tersiram mangkuk sup ketika kakinya mundur beberapa langkah tanpa melihat Bibi Saimah sedang berjalan.
"Aww! Panas!"
"Non, maaf. Aduh. Maaf, Non. Bibi nggak lihat." Wanita paruh baya itu kebingungan setelah meletakkan mangkuk sup yang tak lagi penuh.
Sebuah lap ditempelkan ke punggung Nona yang masih meringis sambil ngomel tak sudah-sudah. Mama, Papa, dan Varo buru-buru turun untuk melihat keributan yang terjadi di pagi waktu sahur.
"Nonaa, ada apa, sih?"
"Bibi, Ma! Jalan gak pakai mata!"
"Heh! Mulut dijaga!" Vero mulai angkat bicara melihat adik perempuannya bicara kasar pada orang yang lebih tua. Terlebih orang itu sudah sangat berjasa di keluarganya. "Minta maaf!"
Raut muka Nona tertunduk lesu. Bibirnya manyun. Sepertinya gadis itu tidak rela jika dipaksa meminta maaf.
"Nona!"
"Ver ...," potong Papa, "bukan gitu caranya ngasih tahu. Adik kamu nggak bisa dipaksa."
"Tapi, Pah--"