Aku yang dilahirkan dalam keadaan Islam, tetapi mengapa sepertinya aku kalah Handi. Ke mana aku selama ini? Membiarkan waktu habis sia-sia. Aku menyadari, bertemu kembali dengan Handi seperti menyadarkan aku, sebagai makhluk Tuhan, aku belum benar-benar beriman.
Kembali teringat sebaris kalimat yang keluar dari bibir Papa sebelum meninggal. Di antara napasnya yang berat, dia berucap, "Demi masa". Ada pesan yang tersirat dalam kalimatnya itu. Dan menjadi kalimat terakhir sebelum kesadarannya mulai menurun, melemah, dan dua tarikan napasnya tertahan di tenggorokan mengantarkannya kembali kepada Sang Khalik.
"Non, pulang," ajak Bibi sambil menyentuh tanganku.
Terkesiap. Aku kembali tersadar dari lamunan yang menyeretku ke masa lalu. Yang jelas, aku gugup dan salah tingkah karena sebagian jemaah sudah mulai meninggalkan masjid.
"Ketika engkau sudah berada di jalan yang benar menuju Allah, maka berlarilah. Jika sulit bagimu, maka berlari kecillah. Jika kamu lelah, berjalanlah. Jika itu pun tidak mampu, merangkaklah. Namun, jangan pernah berbalik arah atau berhenti"
(Imam As-Syafii)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H