"Itu auratmu. Jangan diumbar!"
Aku terdiam. Pelan-pelan kubuka lagi lipatan itu. mengancingkannya dan bersiap pergi. Lagi-lagi langkahku tertahan. Papa masih mengajakku bicara.
"Nayya, besok jangan pakai celana panjang."
"Ke---"
"Pakai baju muslimah. Itu mudah dikenali."
Aku masih diam di depan cermin, seperti sedang berdialog dengan bayanganku sendiri. Sejak itu aku tak pernah lagi menggunakan celana panjang. Hanya berhijab yang belum bisa kulakukan.
Cukup lama aku mematut di cermin, sampai akhirnya dering ponselku berhasil membuatku terperanjat.
[Assalamualaikum, Nayya!]
[Walaikumussalam. Ada apa, Fa]
[Kamu kapan balik? Suntuk, nih. Aku kesepian]
Aku tertawa mendengar nada manja yang dibuat-buat itu.