***
Semilir angin halus menerobos masuk jendela bergorden putih. Ikut menyapa bersama cahaya pagi. Embun yang masih bertengger di kelopak bunga mawar di luar jendela terayun pelan. Angin tak sengaja menjatuhkannya.
Angin mulai nakal menerobos masuk. Menerbangkan gorden lebih kuat. Aksinya berhasil mengusik pria berkulit gelap. Bulu di pipi dan dagunya mulai tumbuh.
"Aarh ...." Galuh melenguh lirih. Lalu terpejam lagj. Barangkali ia mengigau.
Dewi dan Hamam bergantian jaga. Pagi ini, Â giliran Dewi dan Ambar menjaga Rasya dan Galuh. Mereka berada dalam kamar yang sama. Rasya masih tidur barangkali pengaruh obat.
Dewi dan Ambar membaca Al Quran yang dibawanya. Beberapa lembar sudah dihabiskannya. Sesekali mereka melirik ke arah Rasya.
***
Langit yang sejak pagi cerah, tiba-tiba meredup. Awan berwarna kelabu itu merangkak menutupi cakrawala. Di atas rumah sakit, mendadak gelap. Tak berapa lama rintikan hujan menyentuh bumi.
Makin lama makin deras. Di langit terbentuk kilatan cahaya menyilaukan yang disusul suara guruh.
Suara itu sangat mengejutkan, terutama aku. Aku segera menarik selimut dan bersembunyi di baliknya. Tubuhku bergetar.
Samar-samar kudengar suara Dewi memanggilku. "Mbak Rasya, Â sudah siuman?"