Tubuhku terasa segar pagi ini. Bangun tidur tanpa mimpi yang kerap menghantuiku beberapa bulan terakhir ini. Mimpi yang membuatku terbangun di sepertiga malam dengan keringat dingin membasahi tubuh.
Ikatan plastik berisi roti tawar dan selai kacang kubawa ke dapur. Langkahku terhenti mendengar ketukan berulang kali di pintu depan.
Pintu terkuak, berdiri seorang gadis kecil dengan rambut dikepang dua. Ada boneka di dalam gendongannya. Dia menatapku sendu tanpa bicara hanya terus memandangku.
Aku trenyuh melihat caranya memandangku. Apalagi melihat penampilannya. Bajunya kusut dengan pita pengikat bajunya dibiarkan terjuntai. Kepangannya jauh dari kata rapi. Wajahnya sedikit kotor.
Dengan berjongkok, aku menyapanya, "Kamu siapa?"
Dia melangkah mundur.
Kuulurkan tanganku untuk menyambutnya, tapi dia mundur selangkah lagi.
"Jangan takut, sini! Nama kamu siapa?"
Dia menggeleng, lalu berlari dari halaman rumahku. Aku hanya memandangi kepergiannya. Tubuh kecilnya hilang di balik pagar.
Aku menutup pintu kembali. Berlalu menuju dapur dan melanjutkan sarapannya.
*
Tok ... tok ... tok
Siapa lagi? Bisikku. Aku berjalan ke depan membuka pintu.
"Kamu?"
"Sudah sarapan, Ra? Ini aku antar bubur kacang hijau."
"Terima kasih."
"Enak tidurnya? Ada yang ganggu gak?" ucapnya sambil menyungging senyum.
"Ada!"
"Hah? Siapa?"
"Kamu!" jawabku sambil masuk ke rumah.
Aku kembali dari dapur membawa dua mangkuk bubur kacang hijau dan meletakkannya di meja ruang tamu. Galuh sudah duduk di sana.
"Kok jadi dua? Kamu saja yang makan. Aku sudah."
"Kamu gak mau temani aku sarapan?" tanyaku sambil merobek roti tawar dan mencampurnya ke dalam bubur.
Galuh masih enggan menuruti kemauanku, tapi melihatku makan dia pun ikut merobek roti tawar dan mencampurnya ke dalam bubur, sama seperti yang kulakukan.
"Enak?" tanyaku.
"Iya. Enak."
"Luh, apa ada anak kecil di sekitar sini?"
"Banyak."
"Yang rambutnya di kepang dua?"
"Ada."
"Yang bawa boneka panda?"
Galuh menghentikan gerakan menyuapnya. Matanya berganti menatapku.
"Dia datang?"
Aku mengangguk yakin.
"Kapan?"
"Barusan. Sebelum kamu datang."
Galuh mengangguk pelan. Dia menghentikan makannya dan meletakkan mangkuk ke atas meja.
"Siapa dia?" tanyaku.
"Dia ... dia ...."
Aku menahan napas menanti penjelasannya.
"Dia ... anak Lek Darmi."
"Siapa dia?"
#30dwcjilid14
#squad6
#day11
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H