Mohon tunggu...
Rining Nur Hayati
Rining Nur Hayati Mohon Tunggu... Perawat - Mahasiswa FKP Unair

hobi travel dan belajar hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mewaspadai Penyebab Diabetes pada Anak, Berarti Melindungi Generasi Penerus Bangsa

10 Mei 2023   01:15 Diperbarui: 15 Mei 2023   09:56 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebagai contoh kebiasaan orang indonesia yang menganggap makan sebanyak apapun, jika belum makan nasi artinya belum makan. Misalnya  makan roti di pagi hari namun dianggap belum sarapan sehingga makan nasi lagi. Tidak lupa juga snack yang jumlah kalorinya seperti satu porsi makan misalnya batagor, martabak manis, dan lain sebagainya dari bahan tepung. Juga minuman manis seberti boba, milktea maupun minuman manis botol. Jika begini, yang dianggap makan besar hanya 3 kali dalam sehari, namun kalorinya bisa mencapai 6 porsi makan tanpa disadari. Kebiasaan seperti ini biasanya akan menurun ke anak karena telah melihat dan menjadi kebiasaan dari kecil. Gula akan menumpuk dalam tubuh, insulin harus diproduksi berlebih, hingga lama kelamaan perut mulai buncit. Jika ini menjadi kebiasaan maka diabetes  mulai mengintai dan tanpa disadari memasuki fase prediabetes.

2.Konsumsi gula pada anak-anak yang tidak terkontrol. 

Hal ini dibuktikan oleh data Riskesdas tahun 2018 menyebutkan bahwa kelompok usia yang mengonsumsi minuman  dengan kadar gula tinggi lebih dari sekali sehari, berada pada rentang usia 3-4 tahun dengan presentasi mencapai 68,6%. Diikuti rentang usia 5-9 tahun dengan presentase 66,5%, rentang usia 10-14 tahun sebesar 61,9% dan rentang usia 15-19 tahun sebesar 56,4 persen. Anak-anak atau remaja  cenderung makan sesuatu karena rasanya mereka sukai. Belum paham dan peduli manfaat atau dampak dari makanan tersebut. Ditambah lagi orang yang menormalisasi makanan manis seperti eskrim, cokelat dan permen merupakan makanan anak kecil. Banyak penjual minuman  saset  hingga minuman gelas dengan harga sangat terjangkau untuk anak. Mereka cenderung minuman tersebut alih-alih air putih. Padahal kandungan gula pada minuman tersebut sangat tinggi. Ada juga fenomena pemberian susu kental manis pada balita. Karena nama produk mengandung kata susu, masyarakat menganggap SKM merupakan susu. Padahal kandungannya Kental manis bukanlah susu, melainkan minuman yang terbuat dari gula  dengan kandungan  mencapai 40-50% dan susu hanya sekitar 20%. Ini merupakan bukti masyarakat kurang peduli mengenai kandungan pada makanan yang dikonsumsi.

3.Anak mengalami Obesitas. 

Orang gemuk atau obesitas memiliki risiko mengidap diabetes 30% lebih besar dibandingkan orang dengan berat badan ideal. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena obesitas merupakan manifestasi dari pola hidup yang tidak sehat.

Profesor Aman (2023), Eksekutive director dari International Pediatric Asosiation mengungkapkan, bayi prematur/bayi lahir berat badan rendah jika dia menderita obesitas akan lebih berisiko diabetes daripada bayi normal.  Maka dari itu bayi premature atau BBLR harus dimonitor berat badannya agar tidak sampai obesitas untuk menghindari risiko diabetes. Orangtua biasanya sangat berambisi meningkatkan berat badan bayi yang rendah sehingga tanpa disadari BB anak meningkat drastis. Hal tersebut tidak dianjurkan, melainkan peningkatan secara bertahap dan sesuai dengan persentasi berat badan:tinggi badan per umur koreksi.

4.Gadget pada anak. 

Kecanggihan gadget generasi ini memang tidak diragukan lagi. Pengguna dapat mengakses berbagai fitur canggih dari game, internet hingga sosial media. Sisi positif gadget untuk anak yaitu dapat mengakses permainan edukatif, belajar tanggap teknologi, mengakses informasi pendidikan, belajar berbahasa hingga melatih funsi otak. Disamping hal positif tersebut ada pula hal negatif yang perlu kita waspadai. Salah satunya akibat keseringan memainkan gadget, anak menjadi kurang bergerak. Penelitian membuktikan bahwa gadget pada anak-anak menyebabkan penurunan aktivitas sehingga risiko gemuknya lebih besar yang diikuti dengan risiko diabetes tipe 2.

Kemudian apa yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah diabetes pada anak?

Toney, A Mulcahy dkk (2023) melalui penilitiannya mengungkapkan bahwa diabetes melitus khususnya tipe 2 yang dapat terjadi kepada siapa saja dapat dicegah dengan beberapa cara diantaranya:

1.Menerapkan gaya hidup sehat. Termasuk didalamnya mengadopsi pola makan sehat dengan memperhatikan menu diitnya yang seimbang, minum air putih cukup, mengelola kesehatan mental, dan rutin berolahraga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun