Kudapati, jika yang menelpon adalah ayah. biasanya, pastilah ibu.Â
Kami ngobrol banyak, sampai ayah menyadari sesuatu, bahwa tempat itu terlalu ramai,Â
"Dimana? Kok kayaknya ramai sekali?", tanya ayah selidik.Â
"Lagi kumpul kkn yah. Iyalah ramai, banyak orang",Â
ayah dan ibuku, paling tidak pernah mau mengganggu sama sekali pertemuanku dengan temanku. Ayah langsung hendak memutuskan telpon,Â
"Yaudahlah kalau lagi rapat", ah, ayah tidak tahu, jika aku sedang rindu,Â
"Nggak kok. Orang lagi istirahat yah", kataku berbohong demi bisa berbincang-bincang lagi dengannya.Â
Begitulah mereka. Masih mending ayah, masih mau melanjutkan telpon. Jika ibu, pasti tidak mau. Bahkan, jika ibu sedang menelpon, kebetulan ada temnaku yang datang, pasti ibu langsung bilang,Â
"Udah lah ya. Tamumu jangan dicuekin", meskipun baru beberapa detik menelpon. Ah. Sungguh, akhlak mereka memang selalu menjadi contoh.Â
tiba-tiba, ayah bertanya soal sesuatu yang belum kuceritakan padanya, namun sudah kuceritakan kepada ibu,Â
"Dengar-dengar, kata  mak, nggak mau lanjut lagi kerjanya?" tanyanya.Â