Dia memaparkan menjelang akhir tahun ribuan burung ini memang selalu datang. Tahun ini, katanya, bahkan ada kelompok yang hinggap di panel jendela Bank tempatnya bekerja. Jendela kantor dan trotoar di depan Bank itu pun diwarnai bercak kotoran ratusan Kapinis Migran. Baunya khas.
Pengakuan Ajat memang benar, penulis melihat tak seorang pun, bahkan anak-anak, yang iseng mengganggu mereka. Reaksi Warga Banjar biasa saja saat ribuan burung datang dan hinggap di sekitar Alun-alun.Â
Sesekali pengendara motor atau pejalan kaki cuma bisa meringis saat  "beruntung" terkena kotoran burung. Tak ada cacian atau umpatan. Kalimat yang sesekali terucap, "euh..beunang (yah, kena)."
Untung menjelaskan sejumlah lokasi di Kota Banjar sempat jadi tempat persinggahan burung layang-layang api. Pada 1990-an mereka memilih hinggap di sekitar perempatan Soponyono dan Jembatan Bendungan Doboku.Â
Dekade berikutnya mereka memilih hinggap di kawasan Alun-alun sampai perempatan Garuda. "Tahun ini sekitar 3000 ekor layang-layang api memilih berpusat di perempatan Alun-alun.Â
Sebagian kecil memang ada yang masih hinggap di sekitar perempatan Garuda dan Soponyono, tapi jumlahnya sedikit, sekitar 100-200 ekor saja," jelasnya.
Kehadiran layang-layang api ini pun diakui pentolan pemuda Kota Banjar Ferdinand Siringoringo, M.Si. Lebih jauh, katanya, Pemkot Banjar bisa memanfaatkan momentum kedatangan burung migran ini sebagai salah satu agenda wisata.Â
Dia membayangkan para wisatawan nantinya menikmati atraksi kelompok burung yang hendak hinggap di sore hari di sebuah tempat pengamatan khusus yang disediakan Pemkot.
"Selama ini antisipasi pemkot menyambut Kapinis migran terbatas pada pembersihan kotoran burung yang tersebar di jalan dan trotoar.Â