Apabila kita bertanya pada sembarang orang, 'apa yang anda inginkan dalam hidup ini?'. Bisa dipastikan bahwa jawabannya adalah 'ingin bahagia'. Â Dan setiap orang bila ditanya dengan pertanyaan yang sama pasti jawabannya juga sama, kecuali orang gila. Dengan begitu maka dapat disimpulkan bahwa bahagia adalah tujuan hidup manusia.
Namun sayangnya tidak setiap manusia mengetahui hakekat kebahagiaan, dan tidak tahu bagaimana cara merengkuh kebahagiaan.
Upaya Manusia untuk Hidup BahagiaÂ
Kebanyakan orang mengejar kebahagiaan dengan 3 cara, yaitu harta, tahta dan popularitas.
Pertama; Harta. Sebagian besar manusia beranggapan bahwa harta merupakan modal utama untuk merengkuh kebahagiaan.  Dengan harta  mereka mengira bisa membeli apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan dalam hidup ini. Oleh karenanya mereka bekerja keras untuk menghimpun dan menimbun harta.
Apakah benar harta bisa menjamin kebahagiaan?.  Survei membuktikan bahwa banyak orang kaya yang tidak menikmati kekayaannya.  Sebagian besar kekayaannya hanya disimpan dalam bentuk tabungan, deposito, atau aset.  Kebanyakan orang kaya mengaku bahwa hidup yang mereka dijalaninya terasa biasa-biasa saja. Meski fasilitas serba ada dan semua kebutuhan terpenuhi, namun hidupnya terasa datar, hambar, jenuh dan membosankan.  Bahkan  Adolf Merckle, orang terkaya dari Jerman mengakhiri hidup dengan cara menabrakkan tubuhnya ke kereta api. Ini membuktikan bahwa harta (melimpah) tidak menjamin hidup bahagia.  Â
Kedua; Tahta atau kekuasaan. Sebagian orang beranggapan bahwa dengan tahta (kekuasaan) mereka akan dilayani, dihormati dan disegani. Â Dan dengan kekuasaan mereka dapat menguasai dan memerintah banyak orang. Maka beragam cara dilakukan manusia untuk mendapatkan kekuasaan, bahkan merebutnya dengan berbagai cara.
Apakah benar dengan tahta hidup akan bahagia?. Â Ternyata tidak sedikit pejabat yang mengalami stress. Â Banyak persoalan dan masalah yang harus ia hadapi, seperti persaingan, pelayanan, pembangkangan, kesehatan, keluarga, dan sebagainya. Â Setelah berhasil memperoleh jabatan, ia masih harus berupaya agar jabatannya tidak lepas. Dan setelah menduduki satu jabatan, ia masih menginginkan jabatan lain yang lebih tinggi, dan begitu seterusnya. Â Banyak para pejabat yang mengaku hidupnya menjadi terkekang, kebebasannya terbatas, penuh aturan, formalitas. dsb. Â
Buktinya Getulio Vargas, presiden Brazil yang begitu berkuasa bunuh diri dengan cara menembakan pistol ke jantungnya karena stres.  Ini membuktikan bahwa jabatan dan kekuasaan  tidak menjamin hidup bahagia.  Â
Ketiga; Popularitas. Sebagian orang yang lain beranggapan bahwa popularitas akan membuat mereka hidup bahagia. Karena popularitas mereka akan dikagumi, dipuja-puja dan dikenang oleh banyak orang. Maka beragam cara dilakukan orang untuk bisa menjadi popular.
Apakah benar popularitas membuat hidup bahagia?. Â Ternyata banyak pasangan selebritis yang rumah tangganya hancur berantakan. Â Bahkan, Michael Jackson, penyanyi terkenal dunia dari USA tewas setelah meminum obat penenang hingga overdosis. Demikian pula Marilyn Monroe, artis cantik dari USA juga tewas akibat kebanyakan mengkonsumsi obat anti depresi. Â Â Â Â
Apakah kebahagiaan itu?
Orang miskin, orang idiot, orang cacat, dan orang yang tidak tampan, Â bisakah mereka hidup bahagia?
Berdasarkan berbagai penelitian ilmiah, para pakar psikologi berkesimpulan bahwa kebahagiaan tidak bisa diukur dengan harta, pangkat, kondisi fisik dan segala variabel duniawi. Â Siapapun orangnya bisa berbahagia dan bisa juga menjadi tidak bahagia. Karena sesungguhnya kebahagiaan itu terletak pada ketenangan hati seseorang.
Bahagia atau tidaknya hidup seseorang itu, bukan ditentukan oleh seberapa kayanya, populernya, cantiknya, kuasanya, atau sesukses apapun hidupnya. Tapi yang bisa membuat seseorang itu bahagia adalah sikap hati orang itu sendiri.
Alkisah... Ada seorang Raja yang begitu berkuasa tengah termenung memikirkan hidupnya, sambil memandang taman di depan istananya. Ia sering gelisah karena sulit menemukan ketenangan dan susah merasakan kebahagiaan. Ia susah tidur akibat banyaknya pikiran yang mengganggu. Padahal selama ini ia tidur di kamar mewah di atas kasur yang empuk.
Ketika sedang melamun, sang raja melihat seorang tukang kebunnya yang sedang bekerja sambil bernyanyi dan tertawa ria. Setiap hari ia datang dengan senyuman dan pulang dengan keceriaan.
Padahal gajinya pas-pasan dan rumahnya begitu sederhana. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Saat dia pulang keluarganya telah menunggu dengan hidangan makan seadanya dan keluarga kecil ini pun makan dengan bahagia.
Raja pun heran melihat orang ini. Ia memanggil penasihatnya dan bertanya, "Telah lama aku hidup di tengah kegelisahan, padahal aku memiliki segalanya. Tapi aku sungguh heran melihat si tukang kebun itu. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Kadang-kadang ia tertidur di bawah pohon, seperti tak ada beban dalam hidupnya. Padahal ia tidak memiliki apa-apa."
Sang penasehat memberi penjelasan, "Padukan raja, tukang kebun bisa hidup bahagia seperti itu karena ia mensyukuri apa yang telah ia peroleh. Ia ikhlas dengan keadaan yang telah ditakdirkan. Ia tidak berusaha mencari sesuatu di luar mimpinya"
Jadi kunci kebahagiaan itu ada pada hati. Â Â Orang miskin yang hatinya lapang maka dia akan merasakan hidupnya nyaman & tenteram. Â Sebaliknya, orang kaya yang hatinya keruh maka hidupnya akan menderita.Â
Kita bisa mencapai sesuatu apabila jelas definisinya. Seperti saat kita ingin menuju ke suatu tempat, kita harus tahu terlebih dahulu alamatnya kemudian mencari jalan menuju ke sana.
Nah, sama halnya dengan bahagia. Kita tidak akan pernah mencapai kebahagian bila kita tidak tahu definisinya. Â Setelah tahu definisi bahagia (sebagai tujuan) baru kita mencari jalan untuk mencapainya. Â
Dari berbagai pandangan pakar psikologi dan spiritualis, kita rangkum bahwa definisi kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang tak terbebani dan ditandai dengan ketenangan, kecukupan, kesenangan dan cinta, hingga kegembiraan hidup yang intens.
Pemahaman sederhana tentang hidup bahagia adalah kehidupan yang tenang, tenteram, damai dan sejahtera.  Tenang adalah  hidup yang tidak bergejolak (karena selalu tidak puas). Tenteram adalah tidak ada kecemasan, ketakutan atau kesedihan. Damai adalah tidak ada gangguan, tidak ada permusuhan, bersatu. Dan sejahtera adalah tidak kekurangan, kecukupan, penuh dan keceriaan.
Kebahagiaan merupakan dambaan setiap manusia, bahkan kaum beragama mendambakan kebahagiaan dan kebaikan tidak saja di dunia, tetapi juga di ahirat.
Prof. William James (1842-1910), tokoh pragmatisme yang telah memberi kontribusi besar pada pemikiran filsafat dunia Barat, berpendapat: "Kebahagiaan tidak selalu berada pada orang yang hidupnya penuh dengan kemudahan tanpa masalah, tetapi justru kebahagiaan seringkali dirasakan oleh orang yang selalu berhasil dalam mengatasi berbagai persoalan hidup".
Menurut William, orang yang mempunyai banyak persoalan hidup tetapi ia selalu dapat mengatasinya itulah orang yang senantiasa bahagia. Sedangkan orang yang tidak pernah mempunyai persoalan hidup, yang perjalanan hidupnya adem ayem dan mulus-mulus saja, maka dia tak akan merasakan kebahagiaan. Ia hanya merasakan kehidupan yang datar, hambar, tidak dinamis dan menjemukan. Sebuah kehidupan yang "tidak hidup".
Prof. William, penulis buku Pragmatism (1907) dan TheMeaning of Truth (1909) itu menambahkan bahwa kebahagiaan itu dibangun oleh pikiran, "Engkau bukanlah yang engkau kira, tetapi apa yang engkau pikirkan. Kalau engkau memikirkan kebahagiaan, engkau akan bahagia. Kalau engkau berpikiran sedih, engkau menjadi sedih. Dan kalau engkau berpikiran takut, engkau akan menjadi takut".
Pendapat itu senada dengan pandangan DR. Dale Carnegie, pakar psikologi dan motivator terkemuka di AS : "Hidup kita dibentuk oleh pikiran kita. Orang tidak terlalu terluka oleh apa yang terjadi, tetapi oleh pendapatnya (pikirannya) tentang apa yang terjadi". Meski kehidupan seseorang nampak berat, tetapi jika ia berpikiran senang maka ia akan merasa bahagia.
Lima Kiat untuk BahagiaÂ
Untuk bisa membangun suasana hati bahagia, ada lima kiat yang perlu dilakukan yaitu : (1) Senyum dan ramah, (2) Hidup sederhana, (3) Bersyukur dan bersedekah, (4) Berfikiran positif, dan (5) Selalu Ingat Tuhan.
Pertama; Senyum dan Ramah. Senantiasa senyum dan sikap ramah terhadap orang-orang disekitar akan menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan. Senyum akan menciptakan suasana ceria dan gembira karena terpancar dari sorot mata dan aura positif pada wajah. Â Gemar tersenyum akan membawa dampak yang baik pada psikologis kita serta terhadap orang-orang di sekitar kita. Senyum jangan sampai berlebihan karena bisa mengganggu orang di sekitar kita karena risih, sehingga tersenyum bisa dilakukan dalam hati.
Bersikap ramah pada orang sekitar kita akan menciptakan suasana ceria dan gembira. Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya kalian tidak akan bisa menarik hati manusia dengan harta kalian, maka tariklah hati mereka dengan wajah berseri dan akhlak mulia" (HR. Tirmidzi)
Hal pertama yang harus dilakukan untuk bersikap ramah adalah membiasakan mengatakan 3 kata sederhana yaitu "terima kasih", "maaf" dan "tolong". Tiga kata tersebut adalah "the three magic words" (tiga kata ajaib), meski sederhana dan ringan diucapkan namun memiliki kekuatan yang luar biasa dan bermakna positif dalam membangun hubungan sosial yang baik antar manusia.Â
Sekecil apapun bantuan orang lain yang kita terima, sampaikan "terima kasih", sekecil apapun kesalahan kita, sampaikan permohonaan "maaf", dan Sekecil apapun bantuan yang kita minta, awali dengan kata "tolong".
Kedua; Hidup Sederhana. "Keluar dari kesederhanaan berarti lenyapnya kebahagiaan sejati" begitu kata Goethe, salah seorang tokoh berpengaruh di Jerman.Â
Sifat manusia sesungguhnya begitu tamak dalam memperbanyak harta. Manusia tidak pernah merasa puas dan bahagia dengan apa yang ada. Nabi Muhammad bersabda "Andai kata manusia telah memiliki satu lembah berisi emas, niscaya ia masih ingin memiliki satu lembah lagi. Tidak ada yang dapat mengisi penuh mulutnya (hawa nafsu) melainkan tanah (maut), kecuali mereka yang selalu bersyukur dan merasa cukup." Â Allah Swt berfirman, "Bermegah-megahan (soal harta) telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur". (Q.S. At-Takasur : 1-2).
Ketiga; Bersyukur & Bersedekah. Mensyukuri apa yang telah kita dapati juga menjadi kunci kebahagiaan. Â Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7).
Bersedekah dengan mengeluarkan kelebihan harta kita untuk orang yang membutuhkan merupakan wujud syukur. Mario Teguh, motivator terkenal mengatakan: "Bukan kebahagiaan yang menjadikanmu bersyukur, tapi kesyukuranlah yang menjadikanmu berbahagia." Jika anda telah bahagia, maka berbagilah bahagia itu kepada orang yang hidupnya susah. Dengan semakin banyak orang bahagia di sekitar kita, maka hidup kita akan semakin bahagia dan mendapatkan amal/pahala yang besar dari Tuhan.
Mahatma Gandhi berkata: "Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat anda berikan, bukan pada apa yang anda peroleh."
Keempat; Berpikir Positif dan Menjauhi Buruk Sangka. Setiap kesulitan pasti ada jalannya jika kita berusaha dan berdoa dengan penuh ketenangan. Tuhan tidak akan memberikan musibah/ujian yang tidak mampu kita selesaikan. Berfikirlah yang sehat dan positif tidak iri, dengki, suka pamer, gengsian, pendendam dan berbagai penyakit hati lainnya.Â
Menjahui buruk prasangka juga membuat hati menjadi tenang tanpa kecemasan, sebab secara psikologis buruk sangka akan menyebabkan berbagai penderitaan jiwa, yaitu marah, cemas, dan berbagai emosi negatif lainnya.
Kelima; Selalu Ingat Tuhan dan Banyak Berdoa. Selalu ingat akan Tuhan sebagai dzat pencipta dan pengatur seluruh alam semesta merupakan pangkal dari ketenangan hati. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak Allah, dan Dia pulalah yang akan mengaturnya.Â
Menyerahkan segala permasalahan kepada Dzat pengatur alam semesta akan membuat hati menjadi tenang. Allah Swt berfirman, "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah (berdzikir) hati menjadi tenteram" (Qs. ar-Ra'du: 28). Â Setelah mengingat Allah, maka awalilah selalu dengan doa (basmallah) setiap akan memulai pekerjaan dan mengakhiri dengan syukur (hamdallah) selesai melakukan pekerjaan.Â
Itulah lima kiat sederhana yang dapat kita lakukan untuk menjadikan diri kita bahagia. Sesungguhnya bahagia itu tidak terlihat dari luar tetapi terasa dari dalam. Kalau ingin mencari kebahagiaan maka kebahagiaan itu ada diluar, tetapi kalau ingin merasakan kebahagiaan maka kebahagiaan itu ada di dalam.
Jadi, orang-orang yang ada di tempat-tempat hiburan seperti night club, diskotik, karaoke, dan tempat hiburan malam lainnya adalah orang-orang yang sedang mencari kebahagiaan. Sedangkan orang yang bercengkerama dengan keluarga, nonton tv dirumah sambari minum teh hangat dan menyantap pisang goreng adalah mereka yang sedang menikmati kebahagiaan.
Rasulullah SAW bersabda: "Hendaklah kamu berbahagia bila mempunyai hati yang selalu bersyukur, lidah yang selalu berzikir, serta lingkungan (keluarga dan sahabat) yang baik" (HR. Tirmidzi) .
Di kesempatan lain, Rasulullah Muhammad juga menyampaikan bahwa ada 4 hal yang membuat hidup seseorang bahagia, yaitu (1) istri yang salihah, (2) anak-anak yang menyenangkan, (3) lingkungan (sahabat-sahabat) yang baik, serta (4) mempunyai penghidupan yang diusahakan di negeri sendiri. (HR Dailami).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H