Mohon tunggu...
Rindang Ayu
Rindang Ayu Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga mulai menekuni bidang sosial keagamaan

Wanita jawa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hakikat Hidup, Mencari Kebahagiaan

17 November 2018   23:05 Diperbarui: 21 November 2018   12:08 2809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita bisa mencapai sesuatu apabila jelas definisinya. Seperti saat kita ingin menuju ke suatu tempat, kita harus tahu terlebih dahulu alamatnya kemudian mencari jalan menuju ke sana.

Nah, sama halnya dengan bahagia. Kita tidak akan pernah mencapai kebahagian bila kita tidak tahu definisinya.  Setelah tahu definisi bahagia (sebagai tujuan) baru kita mencari jalan untuk mencapainya.  

Dari berbagai pandangan pakar psikologi dan spiritualis, kita rangkum bahwa definisi kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang tak terbebani dan ditandai dengan ketenangan, kecukupan, kesenangan dan cinta, hingga kegembiraan hidup yang intens.

Pemahaman sederhana tentang hidup bahagia adalah kehidupan yang tenang, tenteram, damai dan sejahtera.  Tenang adalah  hidup yang tidak bergejolak (karena selalu tidak puas). Tenteram adalah tidak ada kecemasan, ketakutan atau kesedihan. Damai adalah tidak ada gangguan, tidak ada permusuhan, bersatu. Dan sejahtera adalah tidak kekurangan, kecukupan, penuh dan keceriaan.

Hakikat Kebahagiaan

Kebahagiaan merupakan dambaan setiap manusia, bahkan kaum beragama mendambakan kebahagiaan dan kebaikan tidak saja di dunia, tetapi juga di ahirat.

Prof. William James (1842-1910), tokoh pragmatisme yang telah memberi kontribusi besar pada pemikiran filsafat dunia Barat, berpendapat: "Kebahagiaan tidak selalu berada pada orang yang hidupnya penuh dengan kemudahan tanpa masalah, tetapi justru kebahagiaan seringkali dirasakan oleh orang yang selalu berhasil dalam mengatasi berbagai persoalan hidup".

Menurut William, orang yang mempunyai banyak persoalan hidup tetapi ia selalu dapat mengatasinya itulah orang yang senantiasa bahagia. Sedangkan orang yang tidak pernah mempunyai persoalan hidup, yang perjalanan hidupnya adem ayem dan mulus-mulus saja, maka dia tak akan merasakan kebahagiaan. Ia hanya merasakan kehidupan yang datar, hambar, tidak dinamis dan menjemukan. Sebuah kehidupan yang "tidak hidup".

Prof. William, penulis buku Pragmatism (1907) dan TheMeaning of Truth (1909) itu menambahkan bahwa kebahagiaan itu dibangun oleh pikiran, "Engkau bukanlah yang engkau kira, tetapi apa yang engkau pikirkan. Kalau engkau memikirkan kebahagiaan, engkau akan bahagia. Kalau engkau berpikiran sedih, engkau menjadi sedih. Dan kalau engkau berpikiran takut, engkau akan menjadi takut".

Pendapat itu senada dengan pandangan DR. Dale Carnegie, pakar psikologi dan motivator terkemuka di AS : "Hidup kita dibentuk oleh pikiran kita. Orang tidak terlalu terluka oleh apa yang terjadi, tetapi oleh pendapatnya (pikirannya) tentang apa yang terjadi". Meski kehidupan seseorang nampak berat, tetapi jika ia berpikiran senang maka ia akan merasa bahagia.

Lima Kiat untuk Bahagia 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun