Dua tahun kemudian Burhan kembali bertanya pada Umi, "Umi mau naik haji lagi ?"
"Hah...boleh Han..Umi ajak beberapa sepupumu untuk temani Umi boleh khan..."
Burhan mengangguk sambil tersenyum. Umi langsung menekan tombol hape menghubungi keponakan-keponakannya untuk ia ajak pergi haji.
Kewenangan Burhan di Kementrian menjadikan urusan haji bukan urusan sulit, apalagi sampai antri. Bahkan di saat musim haji Burhan selalu panen rejeki.
Tapi itu kejadian kala Umi masih hidup..., kini Umi harus sendiri tanpa Burhan dan berada di sebuah tempat yang Umi sendiri tak paham.
"Umi....apa benar Umi adalah ibu dari Burhan Eka Wirawan" sapa sebuah suara yang sama sekali tidak Umi kenali.
"Benar .." hanya itu yang mampu keluar dari mulut Umi.
"Apakah Umi membesarkan sendiri dan mendidik sendiri Burhan Eka Wirawan anak semata wayang Umi ?"
Kali ini tidak ada suara yang bisa keluar dari mulut Umi, yang ada hanya anggukan kepala.
"Bagaimana Umi membesarkan Burhan waktu kecil ?"
Kali ini ada layar besar yang menayangkan rekaman beberapa kejadian, bagaimana Umi membesarkan Burhan hingga usia 10 tahun. Rekaman itu terasa cepat sekali dan mudah untuk disimpulkan, bahwa Umi sangat protektif dan memanjakan Burhan.