“Tom, Mam.”
"Sejak kapan kalian berkencan?"
"Tiga bulan lebih, atau mungkin empat bulan."
“Apa dia orang baik-baik? Dari keluarga baik-baik?”
“Iya, Mam.” Aku sudah merasa akan ada sesuatu yang tidak baik pada pertanyaan selanjutnya.
"Jadi ia akan segera menikahimu?"
"Mam, kami belum sejauh itu!" Protesku.
"Kenapa?" Ayah tak mau ketinggalan. Ini tentang masa depan anak gadisnya, aku paham.
"Hanya masalah umur, Yah."
“Berapa umurnya?” Benar sekali. Wanita itu telah melupakan kesepakatan awal untuk tak mencampuri hubungan kami. Aku sangat lelah dibuatnya. Aku juga tak bisa terus-menerus menyembunyikannya, dia daging yang segar, bukan daging yang alot.
“Delapan belas tahun, Mam. Tenang Mam, dia tinggi dan tubuhnya bagus. Wajahnya manis, aku tak terlihat setua itu saat bersamanya. Perbedaan umur tidak masalah kan, Mam. Jaman sekarang.”