Enam tahun yang lalu, lelaki manis bertubuh atletis. Entah bagaimana ia menyuruhku memasang implan payudara semenit setelah lamaran itu. seharusnya 34A itu cukup acceptable, sudah sangat menunjang untuk berkembang biak.
David, lelaki itu aku tolak sekitar lima setengah tahun yang lalu. Lelaki yang berlutut dihadapanku, mengulurkan cincin emerald untukku, sebelum akhirnya ia pingsan di depan rumah kami. Aku tidak begitu yakin dia melamarku, ibu bilang, “Dia melamar setiap wanita yang berpapasan dengannya sepanjang malam. Percayalah, laki-laki itu hanya sedang mabuk berat.”
Dan terakhir, lelaki berumur 79 tahun yang berjanji akan membayar semua biaya pernikahan kami. Sial! Tentu aku menolak lamaran gila itu. Realistis saja. Dua bulan setelah pernikahan itu aku akan repot membayar biaya pemakamannya!
Semenjak hari itu, aku berhenti. Aku mulai berpikir pernikahan hanya akan membuat perutku mual! Itu bukan tentang awal kehamilan, tapi tentang pria-pria malang yang mengacaukan seleraku.
Sore itu aku menuju café kecil-kecilan di pinggir pantai. Es kelapa muda manis-manis menyejukkan, dan setelahnya aku menuju kasir. Dompetku, aku hanya lupa tidak membawanya. Aku telah berdiri selama sepuluh menit untuk berdebat bahwa aku harus pulang mengambil dompet sebelum akhirnya seorang lelaki tak kukenal membayar tagihanku. Lalu kami pergi dari depan meja kasir itu.
“Kamu sangat baik. Aku tidak tahu apa jadinya hari ini jika kau tak menolongku.”
“Aku tak sebaik itu.” Jawabnya datar.
“Tapi kamu menolongku.”
“Baiklah jika kamu sangat penasaran.” Lelaki itu menarik tanganku. Ia menggiringku ke toilet umum. Ya Tuhaaan! Apa yang harus aku lakukan, aku tidak ingin mesum dengannya!
“Pergilah ke kamar mandi. Kurasa hanya wanita bodoh yang melupakan masa menstruasinya.” Lelaki itu menatapku tajam. Rasa panas seakan membakar wajahku. Apa yang terjadi dibelakang celana putihku. Oh, God!
Well, itu sudah empat bulan berlalu hingga akhirnya aku tak pernah kesepian lagi setelah ulang tahunku yang ke-31. Aku habiskan waktuku dengan sempurna. Sabtu aku menunggu lelaki itu bermain basket, dan Minggu kami habiskan di bioskop. Perasaanku menjelma hingga lima belas tahun lebih muda.