Mohon tunggu...
Rina Sakina
Rina Sakina Mohon Tunggu... Mahasiswa - خير الناس أنفعهم للناس🌹

Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pengalaman Mistisku

22 Mei 2021   23:03 Diperbarui: 22 Juli 2021   11:24 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai saya keluar SMA, rasa ketidaktakutan itu masih saja melekat di dalam diri saya. Namun pada suatu hari ketika keponakan saya sakit, dia mengalami gejala yang serupa dengan apa yang saya rasakan dulu yaitu demam yang sangat tinggi. Bedanya dia kesulitan napas, sedangkan saya kesulitan berbicara. Kejadian tersebut hampir tepat pukul 12 malam, yang di mana bibi dan paman saya mengajak nenek saya pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan keponakan saya tsb. 

Saya pun waktu itu ikut karena penasaran yaa, dan lagi-lagi saya tidak sengaja mengumpat dalam hati, "Apalagi yang makhluk gaib lakukan sekarang, hingga keponakanku ini sakit seperti ini sambil memandang ke arah kuburan dekat rumah bibiku". Hingga keesokan harinya, saya lah yang sakit. Tiba-tiba saya demam (panas tiris) yang sangat membingungkan, mau di selimut gak mau karena gerah, gak mau di selimut gimana da dingin. Gejala itu hanya terjadi 3 hari, sebelum saya berangkat ke Bandung untuk kuliah. Ya saat itu saya sedang libur semester 1 dan saya pun menyempatkan diri untuk berlibur ke kampung halaman dan pesantren tempatku menimba ilmu dulu.

Dari sana, saya sudah merasakan benih-benih ketakutan, bukan hanya takut yang sepihak, bahkan setiap apapun ada kegelapan saya hindari. Terkecuali ketika saya tidur, saya selalu tidur dalam keadaan lampu yang tidak menyala. Namun ketika saya sedang merasakan puncaknya ketakutan, hal itu akhirnya mematahkan prinsip saya untuk tidak menyalakan lampu di malam hari. Alhasil, saya pun selalu merasa pusing dan terus merasakan sakit di siang hari karena lampu yang saya nyalakan di malam hari.

Satu kejadian lagi yang membuat saya tidak terlalu takut, juga tidak terlalu menentang ketakutan itu adalah ketika saya melewati sebuah hutan di pagi hari sebelum shubuh. Hari itu saya rihlah bersama ustadz dan teman-teman saya dari DTA (tempat mengaji saya ketika SD). 

Kala itu saya sudah keluar SMA, dan hendak melanjutkan kuliah ke Bandung. Jadi, sebelum kuliah, kami rihlah ke pamijahan selama 1 hari. Ketika pulang, kebetulan kami kemalaman, hingga saya pun menyempatkan diri untuk menginap di madrasah (tempat mengaji saya ketika DTA). Kebetulan juga waktu itu saya tidak membawa baju lagi, dan bisa dibilang baju saya kotor karena sehari tidak ganti. Akhirnya saya pun memutuskan untuk pulang ke rumah saya sebelum subuh agar keburu mandi dan melaksanakan sholat subuh tepat waktu. 

Karena jarak dari madrasah dan rumah saya tidak terlalu jauh, akhirnya saya pun memberanikan diri untuk melewati hutan panjang yang memisahkan kampung saya dengan madrasah tempat mengaji saya dulu di DTA. Ya, dulu saya selalu berani pulang-pergi melewati hutan tersebut dengan berjalan kaki. 

Singkat cerita, akhirnya saya berjalan kaki menyusuri hutan tersebut. Hanya senter lampu hp saja yang menerangi di setiap langkah saya. Saat itu, rasa takut, pasrah, pokoknya campur aduk deh. 

Saya pun kali ini meminta izin dalam hati dan memohon kepada penghuni sekitar untuk melewati hutan tersebut dengan aman dan selamat sampai tujuan.

Alhasil, apa yang terjadi? Alhamdulillah, saya selamat sampai rumah dengan aman. Tak pernah saya sangka sebelumnya, saya bisa melewati hal menyeramkan tersebut. Ini benar-benar nyata, dan itu adalah pengalaman pertama saya yang bisa dikatakan begitu menantang.

Dari situlah saya menyadari, pentingnya etika dan tatakrama untuk hal apapun itu, termasuk mahluk yang tak kasat mata. Tidak hanya itu, tumbuhan, dan hewan juga perlu adanya komunikasi, karena bagaimanapun mereka adalah ciptaan Allah. Allah sendiri menyebut dalam firmanya yang tertera dalam Q.S. Al-Isra : 44 : 

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun