Tita menunduk. Bayang wajah ibunya yang tak henti dilibatkan dalam setiap kesusahan hatinya, menjadi tempat penitipan anak-anaknya ketika dia bekerja juga ketika harus keluar kota. Belum lagi seperti sekarang, di mana dia telah terpisah tinggal dengan suaminya menjelang cerai. Dia merasa malu sendiri.
"Kita suka membayangkan segala kemudahan hanya dari satu cerita sukses yang sudah di sana. Padahal pada setiap kisah sukses pun selalu ada proses berliku. Kita selalu merasa siap dengan kesuksesan, tetapi lupa mempersiapkan diri pada perjalanan menuju ke sana. Bisa jadi kiita terseok, lalu menyalahkan keadaan. ... Jangan mudah silau pada cahaya yang belum Anda lihat sendiri."
Mereka manggut-manggut.
"Satu hal yang tak kalah penting ... Jika cara kita memperlakukan orang tua sebatas banyaknya uang yang kita beri atau kirimkan, jangan terkejut jika suatu hari nanti hubungan kita dengan anak-anak kita juga sebatas transaksional."
Dan semua keriuhan tadi menciut dalam senyap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H