Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tali Darah

28 Mei 2024   13:00 Diperbarui: 28 Mei 2024   13:08 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami selalu terhubung. Lewat WA,  telepon, dan lainnya. Kami selalu saling berkabar, walau terkadang dengan kabar palsu. Ada kalanya kami saling bersembunyi, juga saling berteriak dalam sepi. Hubungan kami tak ada dalam benar-benar yang benar."

Bestari mengeryit. Nuri yang dikenal sebagai pribadi tegas dan lugas selalu menyisakan keromantisan pada kata-kata yang dipilih.

"Benar-benar yang benar ... deep, confusing, and ...."

"Begitulah adanya. Kami berdua tak berada dalam keseimbangan. Aku suka sesuatu yang teguh, dia bagaikan angin yang berembus kemana dia suka. Aku suka menjadi diriku, dia sering lupa pada dirinya sendiri. Aku suka belajar, dia suka berteriak. Aku suka menjelaskan, dia suka menunjuk dan menyalahkan. Kami bertemu pada titik temu yang tak pernah bertemu."

Kembali Bestari mengeryit.

"Adakah luka itu, Nuri?"

"Kami berdua orang yang terluka. Aku memilih mencari kesembuhan, dia memilih bertahan. Aku suka menyendiri, dia suka bergembira ria. Bagaimana tidak kami saling membagi luka?"

"Seringkah pertengkaran itu terjadi?"

"Pertengkaran dengan saudara itu melukai jiwa. Sekecil apa pun akan meninggalkan luka. Tak mudah dilupakan, bahkan tak jarang merobek persaudaraan itu sendiri."

"Ah ... sedalam apakah itu?"

"Cukup dalam. Bahkan saat ku melihatnya menjadi mayat, aku terus teringat pertengkaran-pertengkaran itu, juga bertanya-tanya sendiri apakah benar aku dan dia sudah saling  memaafkan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun