Metode pembelajaran yang diterapkan dalam konteks budaya Kampung Naga sangat bervariasi, mulai dari pembelajaran berbasis proyek hingga pembelajaran kontekstual. Pembelajaran berbasis proyek, misalnya, memungkinkan peserta didik untuk terlibat dalam proyek nyata yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, seperti pembuatan taman sekolah yang ramah lingkungan (Fitria & Suryani, 2020). Metode ini terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran lingkungan peserta didik, karena mereka dapat melihat langsung dampak dari tindakan mereka terhadap lingkungan.
     Selain itu, metode pembelajaran kontekstual juga digunakan untuk mengaitkan materi dengan pengalaman sehari-hari peserta didik. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan solusi terhadap masalah lingkungan yang ada di sekitar mereka, seperti pencemaran atau penurunan kualitas tanah (Kusnadi & Supriyadi, 2018). Dengan pendekatan ini, peserta didik tidak hanya belajar tentang teori, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif dalam mencari solusi.
     Metode diskusi kelompok juga diterapkan untuk mendorong peserta didik saling berbagi ide dan pengalaman terkait lingkungan. Diskusi ini membantu peserta didik untuk memahami berbagai perspektif dan membangun empati terhadap isu-isu lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat lokal (Yusuf, 2021). Dengan demikian, pendekatan yang beragam dalam pembelajaran budaya Kampung Naga tidak hanya memperkaya pengalaman belajar peserta didik, tetapi juga mendorong mereka untuk lebih peduli terhadap lingkungan.Â
     Penelitian oleh Fitria dan Suryani (2020) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis budaya lokal, seperti yang diterapkan di Kampung Naga, dapat secara signifikan meningkatkan pengetahuan lingkungan peserta didik. Data menunjukkan bahwa peserta didik yang terlibat dalam program ini memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai isu-isu lingkungan, seperti pengelolaan sampah dan konservasi sumber daya alam, dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti kurikulum konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa integrasi budaya lokal dalam pembelajaran dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kesadaran lingkungan.
     Statistik menunjukkan bahwa 85% peserta didik yang mengikuti program pembelajaran budaya Kampung Naga melaporkan peningkatan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan (Rizki & Pramudito, 2018). Selain itu, peserta didik juga menunjukkan minat yang lebih besar untuk terlibat dalam kegiatan lingkungan, seperti program penghijauan dan kebersihan lingkungan. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang mengaitkan budaya lokal dengan isu-isu lingkungan dapat membangkitkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap lingkungan mereka.Â
     Selain peningkatan pengetahuan, pembelajaran budaya Kampung Naga juga berkontribusi pada perubahan sikap dan perilaku peserta didik terhadap lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran ini lebih cenderung untuk mengadopsi perilaku ramah lingkungan, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan aktif dalam kegiatan bersih-bersih lingkungan (Anwar & Rani, 2022). Sebagai contoh, di salah satu sekolah dasar yang menerapkan program ini, terjadi peningkatan 60% dalam partisipasi peserta didik dalam kegiatan lingkungan setelah mengikuti pembelajaran berbasis budaya.Â
     Perubahan ini tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di rumah. Peserta didik mulai mengajak keluarga mereka untuk menerapkan praktik ramah lingkungan, seperti mendaur ulang dan mengurangi sampah (Prasetyo & Widiastuti, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran budaya tidak hanya berdampak pada individu peserta didik, tetapi juga dapat memengaruhi lingkungan sosial mereka.
IV. KESIMPULAN DAN SARANÂ
     Pembelajaran berbasis budaya, khususnya budaya Kampung Naga, memiliki dampak signifikan terhadap kesadaran lingkungan peserta didik sekolah dasar. Melalui pendekatan ini, peserta didik tidak hanya memahami nilai-nilai budaya lokal, tetapi juga menyadari pentingnya menjaga lingkungan mereka. Data dari Kusnadi dan Supriyadi (2018) menunjukkan bahwa 75% peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran berbasis lingkungan mengalami peningkatan kesadaran lingkungan yang signifikan. Selain itu, integrasi budaya lokal dalam kurikulum, sebagaimana diungkapkan oleh Sari dan Hidayati (2020), dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan menciptakan keterhubungan antara pengetahuan akademik dan realitas lingkungan sekitar.
     Pembelajaran budaya Kampung Naga tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk melestarikan tradisi lokal, tetapi juga berperan penting dalam membangun kesadaran lingkungan. Melalui pengenalan nilai-nilai kearifan lokal, peserta didik diajarkan untuk menghargai alam dan memahami hubungan antara manusia dan lingkungan. Prasetyo dan Widiastuti (2019) menekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup yang berbasis pada kearifan lokal dapat membentuk karakter peduli lingkungan di kalangan peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang mengintegrasikan budaya lokal dapat menjadi alat yang efektif dalam mendidik generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan mereka.
  Pendidik dapat mengembangkan kurikulum yang mengintegrasikan pembelajaran berbasis budaya, terutama yang berkaitan dengan budaya Kampung Naga melalui metode pembelajaran yang kontekstual dan relevan, sehingga peserta didik dapat melihat langsung aplikasi nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini sejalan dengan temuan Halimah (2021) yang menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kesadaran lingkungan peserta didik. Pendidik juga disarankan untuk melibatkan masyarakat lokal dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat belajar dari pengalaman langsung dan interaksi dengan budaya setempat.
     Kebijakan pendidikan perlu mendukung integrasi budaya lokal dalam kurikulum sekolah dasar. Pembuat kebijakan harus mempertimbangkan pengembangan program pelatihan bagi guru untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya pendidikan berbasis budaya. Selain itu, perlu ada dukungan finansial untuk pengembangan materi ajar yang mencakup aspek budaya dan lingkungan. Setiawan dan Lestari (2022) mengemukakan bahwa kebijakan yang mendukung pembelajaran berbasis budaya dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesadaran lingkungan peserta didik. Dengan demikian, kebijakan pendidikan yang inklusif dan mendukung keberagaman budaya akan memberikan dampak yang lebih besar dalam membangun kesadaran lingkungan di kalangan peserta didik sekolah dasar.
V. DAFTAR PUSTAKAÂ