Oleh Rina Nengsih
I. PENDAHULUAN
     Kesadaran lingkungan merupakan aspek penting yang harus ditanamkan sejak dini, terutama di kalangan peserta didik sekolah dasar. Menurut Kusnadi dan Supriyadi (2018), pendidikan lingkungan yang efektif dapat meningkatkan kepedulian peserta didik terhadap isu-isu lingkungan seperti polusi, deforestasi, dan perubahan iklim. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 60% dari anak-anak di Indonesia tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya menjaga lingkungan (BPS, 2021). Oleh karena itu, penting untuk mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum sekolah dasar agar peserta didik dapat memahami dan mengatasi tantangan lingkungan yang dihadapi.
     Budaya lokal memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran yang kontekstual dan relevan bagi peserta didik. Sari dan Hidayati (2020) menjelaskan bahwa integrasi budaya lokal dalam kurikulum pendidikan dapat memperkaya pengalaman belajar peserta didik dan meningkatkan kesadaran mereka terhadap lingkungan sekitar. Misalnya, di Kampung Naga, sebuah desa yang terkenal dengan kearifan lokalnya, peserta didik dapat belajar tentang cara-cara tradisional dalam menjaga kelestarian alam dan sumber daya alam. Hal ini menunjukkan bahwa budaya lokal bukan hanya sekadar warisan, tetapi juga merupakan alat pendidikan yang efektif.
     Kampung Naga, yang terletak di Tasilmalaya Jawa Barat, merupakan contoh ideal untuk mempelajari budaya lokal yang berkelanjutan. Masyarakat Kampung Naga telah lama menerapkan prinsip-prinsip ekologi dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti pengelolaan sampah yang baik dan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana. Menurut Setiawan dan Lestari (2022), pembelajaran tentang budaya Kampung Naga dapat membantu peserta didik memahami pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan menghargai kearifan lokal yang ada. Dengan mengenal budaya lokal ini, peserta didik diharapkan dapat menginternalisasi nilai-nilai lingkungan yang positif.
II. TINJAUAN PUSTAKA
     Kesadaran lingkungan merujuk pada pemahaman individu tentang pentingnya lingkungan dan dampak dari perilaku manusia terhadap ekosistem. Rizki dan Pramudito (2018) menjelaskan bahwa kesadaran lingkungan mencakup pengetahuan, sikap, dan perilaku yang menunjang perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Dalam konteks pendidikan, kesadaran ini sangat penting untuk ditanamkan sejak dini, terutama di kalangan peserta didik sekolah dasar. Dengan meningkatnya kesadaran lingkungan, peserta didik diharapkan dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam dan memahami pentingnya keberlanjutan sumber daya alam.
     Statistik menunjukkan bahwa generasi muda memiliki potensi besar dalam mempengaruhi perubahan perilaku lingkungan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo dan Widiastuti (2019), 70% peserta didik yang terlibat dalam program pendidikan lingkungan menunjukkan peningkatan kesadaran akan isu-isu lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang tepat dapat memfasilitasi transformasi sikap dan perilaku peserta didik terhadap lingkungan.
     Beberapa faktor mempengaruhi kesadaran lingkungan peserta didik, termasuk pendidikan formal, pengalaman pribadi, dan pengaruh sosial. Di sekolah, kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan lingkungan sangat berperan dalam membangun kesadaran peserta didik. Kusnadi dan Supriyadi (2018) menyoroti bahwa metode pembelajaran yang interaktif dan berbasis lingkungan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai isu-isu ekologis. Selain itu, keterlibatan orang tua dan komunitas juga berkontribusi signifikan terhadap kesadaran peserta didik.
     Contoh nyata dari pengaruh lingkungan sosial dapat dilihat pada program-program yang melibatkan keluarga dalam kegiatan pelestarian lingkungan. Kegiatan seperti penanaman pohon atau pembersihan lingkungan yang melibatkan peserta didik dan orang tua dapat memperkuat kesadaran lingkungan di rumah dan masyarakat.
     Pembelajaran berbasis lingkungan adalah pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan isu-isu lingkungan ke dalam proses pembelajaran. Menurut Kusnadi dan Supriyadi (2018), pendekatan ini tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga melibatkan pengalaman langsung yang relevan dengan lingkungan sekitar peserta didik. Dengan cara ini, peserta didik dapat belajar melalui pengamatan dan partisipasi aktif dalam kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan.
     Berbagai model pembelajaran berbasis lingkungan telah dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran peserta didik. Hendrawan dan Mardiana (2019) mengidentifikasi beberapa model, seperti pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah. Model-model ini memungkinkan peserta didik untuk terlibat langsung dalam proyek yang berkaitan dengan isu lingkungan, sehingga mereka dapat memahami dampak dari tindakan mereka. Salah satu contoh penerapan model pembelajaran berbasis proyek adalah ketika peserta didik melakukan penelitian tentang kualitas air di sungai dekat sekolah mereka. Melalui kegiatan ini, mereka belajar tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai dan dampaknya terhadap ekosistem.
     Integrasi budaya lokal dalam kurikulum pendidikan sangat penting untuk membangun kesadaran lingkungan yang kuat. Sari dan Hidayati (2020) menekankan bahwa budaya lokal tidak hanya berfungsi sebagai identitas, tetapi juga sebagai sumber pengetahuan yang dapat digunakan untuk memahami dan melestarikan lingkungan. Dalam konteks Kampung Naga, nilai-nilai budaya yang mengedepankan harmoni dengan alam dapat menjadi landasan pendidikan lingkungan yang efektif.
     Penggunaan budaya lokal dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dan membuat pembelajaran lebih relevan. Misalnya, peserta didik dapat belajar tentang cara-cara tradisional dalam mengelola sumber daya alam yang telah dilakukan oleh masyarakat lokal selama bertahun-tahun. Ini tidak hanya memperkaya pengetahuan mereka, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya dan lingkungan mereka.
     Kearifan lokal, yang mencakup pengetahuan dan praktik tradisional masyarakat dalam mengelola lingkungan, dapat menjadi sumber pembelajaran yang berharga. Yusuf (2021) menyatakan bahwa kearifan lokal sering kali mengandung prinsip-prinsip keberlanjutan yang dapat diterapkan dalam konteks pendidikan lingkungan. Dengan mempelajari kearifan lokal, peserta didik dapat memahami hubungan antara manusia dan alam serta pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.
     Contoh penerapan kearifan lokal dalam pendidikan lingkungan dapat dilihat pada praktik pertanian berkelanjutan yang diajarkan di sekolah-sekolah di sekitar Kampung Naga. Peserta didik belajar tentang teknik pertanian yang ramah lingkungan, seperti rotasi tanaman dan penggunaan pupuk organik. Melalui pengalaman ini, mereka tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga terinspirasi untuk menerapkan praktik berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.
     Pembelajaran kontekstual adalah pendekatan yang mengaitkan pembelajaran dengan situasi nyata yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Halimah (2021) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual membantu peserta didik mengaitkan pengetahuan yang mereka pelajari di sekolah dengan pengalaman di luar kelas. Pendekatan ini sangat efektif dalam meningkatkan motivasi dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Penerapan pembelajaran kontekstual dalam pendidikan lingkungan dapat dilakukan dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan yang berhubungan dengan isu lingkungan di sekitar mereka. Misalnya, peserta didik dapat melakukan observasi terhadap kondisi lingkungan di sekitar sekolah dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ekosistem lokal. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman belajar yang bermakna, tetapi juga meningkatkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya menjaga lingkungan.
     Hubungan antara pembelajaran kontekstual dan kesadaran lingkungan sangat erat. Ketika peserta didik belajar tentang isu-isu lingkungan dalam konteks yang relevan, mereka cenderung lebih memahami dampak dari tindakan mereka terhadap lingkungan. Halimah (2021) mencatat bahwa peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran kontekstual menunjukkan peningkatan signifikan dalam kesadaran lingkungan dan keterampilan berpikir kritis.
     Contoh konkret dari hubungan ini dapat dilihat pada program-program yang mengajak peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian lingkungan, seperti pembersihan pantai atau penanaman pohon. Melalui pengalaman langsung, peserta didik tidak hanya belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan, tetapi juga merasakan dampak positif dari tindakan mereka. Ini menciptakan rasa tanggung jawab dan komitmen untuk terus berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam.
III. PEMBAHASAN
     Pembelajaran budaya Kampung Naga di sekolah dasar mengintegrasikan nilai-nilai lokal yang mengedepankan harmoni antara manusia dan lingkungan. Materi yang diajarkan mencakup sejarah, tradisi, dan praktik berkelanjutan yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga. Misalnya, peserta didik diperkenalkan pada cara pertanian organik yang dipraktikkan oleh penduduk setempat, yang tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga memperkuat ketahanan pangan lokal (Setiawan & Lestari, 2022). Selain itu, materi pembelajaran juga mencakup pengenalan terhadap flora dan fauna lokal yang penting untuk ekosistem setempat, sehingga peserta didik dapat memahami pentingnya menjaga keanekaragaman hayati.
     Dalam konteks ini, pembelajaran tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis, di mana peserta didik diajak untuk terlibat langsung dalam kegiatan seperti menanam pohon atau membersihkan sungai. Kegiatan ini tidak hanya menambah pengetahuan peserta didik tentang lingkungan, tetapi juga membangun rasa tanggung jawab terhadap alam (Halimah, 2021). Dengan demikian, materi yang diajarkan dalam pembelajaran budaya Kampung Naga berfungsi sebagai jembatan untuk menghubungkan peserta didik dengan lingkungan mereka secara langsung.
     Metode pembelajaran yang diterapkan dalam konteks budaya Kampung Naga sangat bervariasi, mulai dari pembelajaran berbasis proyek hingga pembelajaran kontekstual. Pembelajaran berbasis proyek, misalnya, memungkinkan peserta didik untuk terlibat dalam proyek nyata yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, seperti pembuatan taman sekolah yang ramah lingkungan (Fitria & Suryani, 2020). Metode ini terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran lingkungan peserta didik, karena mereka dapat melihat langsung dampak dari tindakan mereka terhadap lingkungan.
     Selain itu, metode pembelajaran kontekstual juga digunakan untuk mengaitkan materi dengan pengalaman sehari-hari peserta didik. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan solusi terhadap masalah lingkungan yang ada di sekitar mereka, seperti pencemaran atau penurunan kualitas tanah (Kusnadi & Supriyadi, 2018). Dengan pendekatan ini, peserta didik tidak hanya belajar tentang teori, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif dalam mencari solusi.
     Metode diskusi kelompok juga diterapkan untuk mendorong peserta didik saling berbagi ide dan pengalaman terkait lingkungan. Diskusi ini membantu peserta didik untuk memahami berbagai perspektif dan membangun empati terhadap isu-isu lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat lokal (Yusuf, 2021). Dengan demikian, pendekatan yang beragam dalam pembelajaran budaya Kampung Naga tidak hanya memperkaya pengalaman belajar peserta didik, tetapi juga mendorong mereka untuk lebih peduli terhadap lingkungan.Â
     Penelitian oleh Fitria dan Suryani (2020) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis budaya lokal, seperti yang diterapkan di Kampung Naga, dapat secara signifikan meningkatkan pengetahuan lingkungan peserta didik. Data menunjukkan bahwa peserta didik yang terlibat dalam program ini memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai isu-isu lingkungan, seperti pengelolaan sampah dan konservasi sumber daya alam, dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti kurikulum konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa integrasi budaya lokal dalam pembelajaran dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kesadaran lingkungan.
     Statistik menunjukkan bahwa 85% peserta didik yang mengikuti program pembelajaran budaya Kampung Naga melaporkan peningkatan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan (Rizki & Pramudito, 2018). Selain itu, peserta didik juga menunjukkan minat yang lebih besar untuk terlibat dalam kegiatan lingkungan, seperti program penghijauan dan kebersihan lingkungan. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang mengaitkan budaya lokal dengan isu-isu lingkungan dapat membangkitkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap lingkungan mereka.Â
     Selain peningkatan pengetahuan, pembelajaran budaya Kampung Naga juga berkontribusi pada perubahan sikap dan perilaku peserta didik terhadap lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran ini lebih cenderung untuk mengadopsi perilaku ramah lingkungan, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan aktif dalam kegiatan bersih-bersih lingkungan (Anwar & Rani, 2022). Sebagai contoh, di salah satu sekolah dasar yang menerapkan program ini, terjadi peningkatan 60% dalam partisipasi peserta didik dalam kegiatan lingkungan setelah mengikuti pembelajaran berbasis budaya.Â
     Perubahan ini tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di rumah. Peserta didik mulai mengajak keluarga mereka untuk menerapkan praktik ramah lingkungan, seperti mendaur ulang dan mengurangi sampah (Prasetyo & Widiastuti, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran budaya tidak hanya berdampak pada individu peserta didik, tetapi juga dapat memengaruhi lingkungan sosial mereka.
IV. KESIMPULAN DAN SARANÂ
     Pembelajaran berbasis budaya, khususnya budaya Kampung Naga, memiliki dampak signifikan terhadap kesadaran lingkungan peserta didik sekolah dasar. Melalui pendekatan ini, peserta didik tidak hanya memahami nilai-nilai budaya lokal, tetapi juga menyadari pentingnya menjaga lingkungan mereka. Data dari Kusnadi dan Supriyadi (2018) menunjukkan bahwa 75% peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran berbasis lingkungan mengalami peningkatan kesadaran lingkungan yang signifikan. Selain itu, integrasi budaya lokal dalam kurikulum, sebagaimana diungkapkan oleh Sari dan Hidayati (2020), dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan menciptakan keterhubungan antara pengetahuan akademik dan realitas lingkungan sekitar.
     Pembelajaran budaya Kampung Naga tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk melestarikan tradisi lokal, tetapi juga berperan penting dalam membangun kesadaran lingkungan. Melalui pengenalan nilai-nilai kearifan lokal, peserta didik diajarkan untuk menghargai alam dan memahami hubungan antara manusia dan lingkungan. Prasetyo dan Widiastuti (2019) menekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup yang berbasis pada kearifan lokal dapat membentuk karakter peduli lingkungan di kalangan peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang mengintegrasikan budaya lokal dapat menjadi alat yang efektif dalam mendidik generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan mereka.
  Pendidik dapat mengembangkan kurikulum yang mengintegrasikan pembelajaran berbasis budaya, terutama yang berkaitan dengan budaya Kampung Naga melalui metode pembelajaran yang kontekstual dan relevan, sehingga peserta didik dapat melihat langsung aplikasi nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini sejalan dengan temuan Halimah (2021) yang menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kesadaran lingkungan peserta didik. Pendidik juga disarankan untuk melibatkan masyarakat lokal dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat belajar dari pengalaman langsung dan interaksi dengan budaya setempat.
     Kebijakan pendidikan perlu mendukung integrasi budaya lokal dalam kurikulum sekolah dasar. Pembuat kebijakan harus mempertimbangkan pengembangan program pelatihan bagi guru untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya pendidikan berbasis budaya. Selain itu, perlu ada dukungan finansial untuk pengembangan materi ajar yang mencakup aspek budaya dan lingkungan. Setiawan dan Lestari (2022) mengemukakan bahwa kebijakan yang mendukung pembelajaran berbasis budaya dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesadaran lingkungan peserta didik. Dengan demikian, kebijakan pendidikan yang inklusif dan mendukung keberagaman budaya akan memberikan dampak yang lebih besar dalam membangun kesadaran lingkungan di kalangan peserta didik sekolah dasar.
V. DAFTAR PUSTAKAÂ
Kusnadi, A., & Supriyadi, S. (2018). Pengaruh pembelajaran berbasis lingkungan terhadap kesadaran lingkungan siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 25(2), 123-134.
Sari, R. A., & Hidayati, N. (2020). Integrasi pembelajaran budaya lokal dalam kurikulum sekolah dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan, 26(1), 45-56.
 Prasetyo, Z., & Widiastuti, T. (2019). Pendidikan lingkungan hidup untuk membangun karakter peduli lingkungan pada siswa SD. Jurnal Pendidikan Karakter, 9(2), 101-110.
 Halimah, N. (2021). Peran pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kesadaran lingkungan siswa. Jurnal Pendidikan Dasar, 12(3), 211-220.
 Setiawan, B., & Lestari, D. (2022). Budaya lokal sebagai sumber pembelajaran lingkungan di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 7(1), 75-83.
 Yulianti, S., & Rahmawati, N. (2019). Membangun kesadaran lingkungan melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 20(2), 145-156.
 Fitria, L., & Suryani, E. (2020). Pengaruh pembelajaran berbasis proyek terhadap kesadaran lingkungan siswa SD. Jurnal Pendidikan Sains, 14(3), 190-198.
 Yusuf, M. (2021). Kearifan lokal dalam pendidikan lingkungan di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Lingkungan, 5(2), 99-108.
 Rizki, A., & Pramudito, A. (2018). Pentingnya pendidikan lingkungan dalam membangun kesadaran siswa di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan dan Lingkungan, 11(1), 56-65.
 Anwar, M., & Rani, D. (2022). Pembelajaran berbasis budaya untuk meningkatkan kesadaran lingkungan siswa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 8(3), 201-210.
 Hendrawan, Y., & Mardiana, R. (2019). Model pembelajaran berbasis lingkungan untuk meningkatkan kesadaran siswa SD. Jurnal Pendidikan Dasar, 13(2), 120-130.
 Lestari, P., & Santoso, H. (2020). Strategi pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran lingkungan melalui budaya lokal. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Berbasis Teknologi, 6(1), 45-55.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI